Memiliki sahabat yang selalu menjaga dan melindugi kita dari segala bahaya dan gangguan nyata adalah keinginan semua orang. Selalu ada di setiap saat pun salah satu point utamanya.
Dan, semua itu di dapatkan oleh gadis bernama Calista Naia Mauninda atau kerap di panggil Lista. Ia adalah gadis beruntung yang mendapatkan teman dekat sedekat nadi dan seerat pelukan. Abib Syaputra namanya. Tingkahnya random dan susah di tebak. Kadang lelaki itu lucu, nyebelin, baik, ketus, kadang juga jadi cowo super dingin yang kalo di tanya cuman bales pake gumaan.
Menyebalkan? Pasti.
Tapi Calista sangat beruntung dengan datangnya Abib dalam hidupnya membuat Calista jadi manusia sedikit berarti. Abib suka jadi guru dadakan, guru yang di maksud adalah guru dalam kehidupan bukan guru pelajaran. Jika dalam pelajaran Calista lebih unggul dari Abib, walau sama-sama jurusan IPS dan satu kelas pula Abib tetap kalah dalam hal prestasi.
Seperti sekarang. Kelas XI IPS 2 sedang melakukan ulangan harian pertama dengan mata pelajaran matematika. Calista nampak serius mengerjakan sedangkan Abib yang duduk dua meja di belakangnya sudah pusing bukan kepalang memikirkan angka-angka yang harus ia pecahan. Saat ini kebaikan hati Calista sangat di perlukan.
Abib melirik guru di depannya dan Calista secara bersamaan, tanganya diam-diam menyobek kertas yang ada di kolong mejanya dan di remas-remas hingga menjadi gumpalan yang siap di layangkan.
Wanda menoleh kebelakang ketika ada sesuatu yang menghantam kepalanya, tidak keras namun mampu membuat dirinya terkejut. Abin cengar-cengir tidak karuan ketika mata Wanda menyorot dalam padanya. Sial, ia salah sasaran.
"Lista." ucapnya tanpa suara di selingi dengan gerakan wajah dan tangan.
Wanda di depan menyenggol lengan Calista dan membuat gadis itu menoleh. Abib hanya bisa diam menunggu pembicaraan dua gadis itu selesai. Wanda menoleh dan menggeleng, tidak lama dua gadis itu bangun dari duduknya berjalan kemeja guru yang mana ada pak Suliwa yang sedang memainkan ponselnya.
"Pak, sudah." ucap keduanya menyerahkan kertas-kertas ulangan mereka.
Abib mencak-mencak tidak terima di perlakukan seperti ini. Bisa-bisanya dirinya tidak di beri contekan. Awas saja gadis itu.
Calista dan Wanda berbalik lagi pada mejanya, sebelum duduk Calista sempat memeletkan lidahnya pada Abib dan di sambut tatapan tajam lelaki itu.
"Calista dan Wanda boleh keluar. Jangan di dalam kelas terutama Calista." ucap pak Suliwa.
Calista menonggak, "Kenapa, Pak?"
"Nanti Abib minta kasih tau sama kamu." ketus pak Uli menatap tidak suka muridnya yang satu itu.
"Bapak romannya sensi banget sama saya. Punya salah apa sih saya, Pak?" sambung Abib menjawab ucapan pak Uli barusan.
"Salah kamu bandel dan jarang ngerjain tugas saya."
"Siapa suru tugasnya susah-susah. Udah tau otak muridnya sebelas dua belas sama donal bebek."
"Iya itu kamu. Makanya-
"Permisi, Pak. Izin keluar."
Ucapan pak Uli terpotong lantara Calista dan Wanda izin keluar sesuai dengan apa yang di suru guru itu tadi.
Pak Uli mengizinkan kedua murid berprestasi dalam kelas ini untuk keluar karena tugas mereka sudah di kerjakan dan mereka bebas melakukan apapun sesuka mereka.
Abib yang masih kesal dengan prilaku Calista menggerutuk kesal di tambah dengan guru di depan sana yang mengabaikannya.
"Bacot banget. Nih, kerjain GC!" ucap Alif dengan tangan mendorong kertas ujian miliknya pada Abib. Alif memang tidak pintar bahkan kepintaran hampir sama dengan Abib. Tapi yang harus di banggakan dari Alif adalah dirinya yang begitu percaya diri jika apa yang sudah ia kerjakan adalah tepat. Bukannya itu adalah point utama untuk sukses? Percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...