Keadaan kelas sepi. Istirahat kali ini Calista dan Abib memutuskan untuk makan-makanan siang mereka di dalam kelas saja karena Calista sempat mengeluh jika kepalanya pusing.
Abib tadi keluar untuk membeli makan dan sekarang mereka sedang makan. Calista nampak lesu sebab ini adalah hari pertamanya kedatangan tamu.
Sebagai seorang lelaki Abib memang tidak tau bagaimana rasanya sakit karena PMS, tapi sebisa mungkin Abib membantu meredahkan rasa nyeri itu dengan cara membelikannya obat atau minuman peredah nyeri haid atau hanya mengusap kepala Calista agar gadis itu tertidur agar sakitnya tidak terasa walau hanya sebentar.
Setelah membuang bekas makannya pada tempat sampah. Abib duduk kembali di bangkunya dan mendapati Calista tengah menutup mata dalam posisi kepala yang ia taruh di atas meja dengan tas milik Abib yang ia jadikan bantal.
Abib yang melihat itu merasa kasihan karena sejak pagi Calista terus merintih mengatakan jika ia ingin pulang dan tidur di atas kasur empuk miliknya. Tapi, itukan tidak mungkin.
"Masih sakit perutnya?" Calista hanya bisa mengangguk masih dengan mata terpejam. Abib mengambil posisi yang enak untuk mengusap kepala Calista agar gadis itu cepat tertidur.
Sambil tangannya terus mengusap mata Abib memilih meneliti sekitar kelas yang masih kosong melompong tidak ada orang sama sekali, bahkan teman-temannya saja tidak ada di kelas mereka pergi kekantin.
Abib terus menerus memperhatikan wajah Calista yang sedang memejamkan mata dengan nafas teratur dapat di pastikan jika gadis di hadapannya ini sudah tertidur.
Senyum Abib mengembang setelah memberikan kecupan singkat di kening Calista namun tanpa di sadari ada orang yang memotret semua kegiatan Abib dan Calista dari cela-cela cendela.
☁
Abib di buat terkejut kala Ari tiba-tiba mengajaknya berbicara di taman belakang sekolah saat istirahat kedua. Lelaki dingin itu tanpa kata menarik Abib ke taman belakang dengan cara memberikan pesan yang berisi 'ikut'
Abib dengan perasaan yang tidak jelas mengikuti Ari dan berakhir dirinya yang saat ini berada di taman belakang dengan Ari tentunya.
Ari duduk di atas rumput di ikuti oleh Abib. Abib seperti orang gila yang terus diam dan mengikuti gerakan Ari, Arinya pun sama begonya.
Abib bergumam menatap Ari, "Ada apaan, Ri?"
Belum menjawab tapi Ari terlebih dulu memberikan smirk meledek pada Abib.
"Akhiri atau lanjutkan sampai lo mampus." ucap Ari pada Abib. Abib terlihat bingung dengan apa yang akan di katakan Ari, ini terdengar ambigu.
"Maksud lo?"
"Gue tau kebusukan, lo."
"Hah?!" Abib cenggo. Maksud Ari ini apa? Kebusukan apa?
Kini kedua lelaki itu saling pandangan dengan pandangan mata yang berbeda. Abib menatap bingung Ari sedangkan Ari menatap Abib nyalang seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang diam-diam menyimpan rencana.
"Lo kan dalang dari semua permasalah cinta Calista? Lo yang buat tiga mantannya yang dulu mutusin dia demi kepuasan lo sendiri, demi ke bahagiaan lo sendiri. Lo itu egois, Bib. Gue tau lo sayang dia, lo mau jaga dia sampai umur lo ga ada, tapi sadar! Calista berhak milih siapa pendamping hidupnya! Hidup dia ya hidup dia, dia yang ngatur bukan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...