Tiga hari paska kecelakaan itu kini Calista sudah pulih dengan seutuhnya dan besok dirinya bisa kembali bersekolah sebab masa libur yang telah di tetapkan sudah habis.
Duduk di kamar dengan televisi menyala adalah favorit Calista, apa lagi ada cemilan yang menemaninya. Akan terasa menyenangkan sekali.
Jam sudah menunjukan pukul sebelas tapi gadis itu masih saja duduk di atas karpet dan menyaksikan acara FTV yang menurutnya seru. Padahal saat izin naik gadis itu bilang ingin tidur. Memang laknat.
Ponselnya ia matikan karena Abib terus menerus menelepon dan memberikannya pesan untuk dirinya segera tidur. Calista yang kesal mematikan ponselnya begitu saja dan membiarkannya tergeletak di atas kasur.
Pintu kamarnya terbuka, masuklah Kesya dengan piyama hitam yang melekat pas di tubuh idieal mamahnya. Kesya duduk di samping Calista, membelai rambut anaknya sayang.
"Kenapa, Mah?" tanya Calista pada Kesya yang hanya diam.
Kesya tersenyum keibuan mengakibatkan senyum indah Calista keluar.
"Mamah mau tanya, boleh?" tanpa pikir Calista mengangguk, "Tanya apa, mah?"
"Kamu pacaran sama, Abib?"
Bagai hujan deras yang membasahi seluruh bumi di tambah banyaknya guntur dan kilat yang menemani. Detak jantung Calista seakan terpacu lebih cepat mendengar kalimat mamahnya yang begitu berpengaruh oleh dirinya. Bagai seorang maling yang tertangkap basah oleh warga.
"Kamu pacaran sama, Abib?"
Sial! Kesya mengulangnya.
Calista hanya diam menunduk menatap bulu-bulu halus yang ada di atas karpet yang sedang ia duduki.
"Lis, jawab Mamah."
☁
Ini kali ketiga Alif menginap di rumah Wanda sebab gadis itu merengek minta di temani karena merasa takut. Alih-alih takut karena habis menonton flim horor Wanda malah tertidur pulas di samping Alif yang tengah memainkan ponsel milik Wanda.
Alif hanya bisa tersenyum melihat Wanda yang tertidur dengan lelap di sampingnya dengan kepala beralaskan tas sekolah miliknya yang berisi baju dan juga satu buku untuk keperluan esok.
Dapat di katakan bermalam kali ini lebih matang karena Alif yang sudah membawa seragam serta sepatu sekolahnya dan tak lupa satu buku kosong. Masalah pulpen ada Ari yang sudah seperti koprasi berjalan.
Dalam ponsel Wanda tidak ada hal yang serius. Hanya ada pesan dari dirinya, Ayah dan Bundanya serta grup mereka. Alif tadi sempat melihat percakapan singkat ayah dan bundanya yang hanya mengirimkan pesan jika mereka belum bisa pulang karena masih ada proyek besar yang harus mereka tanganin.
Alif merasa kasian melihat Wanda yang setiap hari selalu tidur, makan bahkan menonton tv sendirian tanpa seseorang yang menemani selain dirinya. Wanda memang terkenal jago menutupi luka dengen senyum demi untuk membuat orang di sekitarnya tersenyum dan menganggapnya baik-baik saja tanpa masalah.
Wanda lemah dan Alif mengerti.
Tangan Alif mengusap kepala Wanda dengan lembut. Wajah gadisnya nampak tenang jika sedang menutup mata seperti ini, rasanya Alif sedang menatap bidadari nyata di depan matanya.
"Gue janji bakalan terus ada di samping lo, Wan."
☁
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...