Calista, Wanda dan Ressy saat ini sedang berada di pedagang pinggir jalan untuk mampir ke salah satu tempat makan yang menurut Ressy enak. Mereka sengaja memilik makan di tempat ini atas usulan Ressy yang mengatakan makan di sini lebih nikmat dari pada makan di hokben.
Dari siang sampai sehabis magrib mereka bertiga memang menghabiskan waktu bersama di salah satu mall untuk berbelanja atau hanya melihat-lihat saja. Menghilangkan rasa bosannya pada rumah.
Ketiganya memilih tempat duduk di pojok yang mana langsung melihat keadaan lalu lintas yang begitu padat. Calista menikmati tempat ini karena menurutnya enak di jadikan tempat pelarian kala hatinya sedang berantakan.
Ressy bangun dari duduknya menatap dua temannya, "Mau apa?"
"Gue lele, deh." kata Wanda terlebih dahulu.
Mata Ressy beralih pada Calista, "Lo?"
"Samain deh sama Wanda." jawab Calista. Ressy mengangguk. Lantas gadis itu berjalan mendekat pada pedangang untuk memesan makanan mereka.
Sambil menunggu, Calista dan Wanda serta Ressy sibuk dengan ponsel di tangan mereka masing-masing. Memainkan apapun yang bisa di mainkan.
Lima belas menit kemudian tiga lele goreng lengkap dengan nasi serta lalapan dan tiga gelas es teh manis itu mendarat di meja mereka. Ketiga gadis itu nampak antusian dengan makanan yang mereka lihat sebab aromanya yang sangat nikmat masuk kedalam rongga hidung mereka.
Mereka mulai makan setelah melewati proses cuci tangan terlebih dahulu.
Makan di tempat seperti ini memang enak. Selain harga yang terjangkau kebersihannya pun tidak terlalu buruk. Mana ada penjual yang mau merusak citra dagangannya? Tidak ada bukan?
Di pinggir jalan ini tidak hanya ada warung pecel lele saja. Banyak makanan lain seperti sate, bubur, soto dan makanan ringan lainnya. Tempat ini bisa di bilang pameran makanan hanya saja jumlahnya yang tidak terlalu banyak.
Wanda dan Ressy selesai makan lebih dulu dan memilih membasuh tangganya lalu membayar, membiarkan Calista yang masih sangat menikmati ikan berkumis itu.
Ressy menggeleng, "Lis... Lis. Lo tuh kaya ga pernah makan beginian tau, ga."
"Hooh. Kaya orang baru keluar gunung lo, lahap bener." sambung Wanda.
Calista hanya acuh mendengarkan kedua temannya. Ia beranjak untuk mencuci tangan mengabaikan temannya yang terus meledek. Tidak lama Calista kembali, ia duduk di tempatnya dan meminum segelas es teh miliknya.
"Mau langsung balik?"
Calista menonggak menatap Wanda, "Bentar, deh. Perut masih begah."
"Yaudah." ini Ressy yang menjawab. Ketiganya asik pada dunianya sendiri. Mata Calista yang tadinya berada di ponsel kini teralih pada jalanan yang cukup ramai dengan mobil dan botor yang saling kebut-kebutan tidak mau kalah. Ia berdecih ketika melihat seorang anak kecil yang kesulitan menyebrang karena tingkah pengendara yang seenak jidat.
Calista bangun dan keluar dari warung itu bermaksud untuk membatu anak kecil itu tapi sepertinya ia sedikit terlambat karena anak itu sudah melangkah maju.
Sedetik kemudian matanya melotot lebar ketika menyadari jika ada mobil dengan kecepatan kencang sedang melaju kearah bocah itu. Spontan Calista berlari mendekati bocah itu dan mendorongnya ke tepi jalan.
Setelah memastikan bocah tadi baik-baik saja dengan santainya Calista berjalan kembali menuju teman-temannya yang menunggu di pinggir trotoar tanpa melihat kiri dan kanan-
"CALISTA, AWAS!"
BRAK!
☁
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...