Semenjak kejadian hari itu dimana Abib begitu khawatir pada Calista dan Calista nampak gerah dengan sifat posesif Abib sejak itu lah Calista jadi sering diam dan tidak mau berbicara banyak pada Abib. Terhitung sudah satu minggu yang lalu hubungan mereka menjadi semakin menjauh padahal Abib sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Calista tertawa atau hanya menjawab pertanyaannya.
Segala cara sudah Abib lakukan dari yang mulai berkunjung ke rumah Calista setiap hari, membelikan berbagai jenis makanan kesukaan Calista hingga menunggu Calista keluar kamar pun sudah Abib lakukan.
Calista hanya jauh padanya tapi tidak dengan teman-temannya dan juga teman gadis itu. Hubungan pertemanan mereka nampak biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi sekali lagi di tegaskan, dengan dirinya Calista begitu berbeda!
Hari ini adalah hari bahagia untuk Alif dan Wanda yang resmi berpacaran tadi malam dimana lelaki bernama lengkap Widianto Alif Sulisto itu mengikuti saran Ari untuk mencoba menyatakan perasaannya pada Wanda untuk yang terakhir kalinya dan ternyata Wanda menerima Alif.
Kabar ini tersebar di grup WA yang Abib buat karena Zio yang begitu ember mengatakan jika Alif baru saja menyatakan perasaannya pada Wanda di tempat makan yang kebetulan ada Zio yang sedang makan juga bersama adik dan kakaknya.
Abib hanya termenung memperhatikan Calista dan kedua temannya yang sedang duduk tidak jauh dengan dirinya berada saat ini. Satu hari belum ulangan kenaikan kelas di laksanakan, mereka khususnya Fikri mengajak teman-temannya berkumpul di suatu tempat dan tempat yang di pilih adalah rumah Calista.
Rumah yang setiap dindingnya tidak pernah kosong selalu ada bingkai-bingkai dengan foto-foto anggota keluarga ini terlihat nyaman dan enak untuk di tinggalin. Memang, kesan yang selalu di dapatkan setiap orang jika berkunjung kerumah Helmi dan Kesya adalah nyaman.
Abib, Ari dan Alif hanya duduk di lantai yang beralaskan karpet dengan berbagai jenis makanan dan minuman di depan mereka. Ketiga lelaki itu memilih peran sebagai penonton ketika Fikri dan Zio memilih untuk bermain PS milik Helmi di jarak dua langkah di depan mereka.
Ari sibuk dengan ponselnya. Alif hanya diam dengan mata terfokus pada layar besar di depannya dan Abib yang hanya diam memandang tiga gadis khususnya Calista yang sedang saling tertawa entah menertawakan apa.
Helaan nafasnya terdengar hingga telinga Ari yang duduk persis di sampingnya. Ari menoleh dan menemukan Abib yang tengah memandangi Calista.
"Pelan-pelan, nanti bakal keungkap ada apa di balik cueknya." Abib langsung menoleh pada Ari yang sedang menatapnya. Ia bingung harus merespon apa tentang ucapan Ari saat ini.
"Suka?" kata Ari pelan.
"Enggak." dengan cepat Abib menjawab tuduhan yang di berikan Ari untuknya. Dirinya tidak suka, sungguh.
Ari tersenyum miring, "Gue tunggu kabar jadiannya."
"Ehh, siapa yang jadian?" Alif tiba-tiba ikut nimbrung.
"Lo la, siapa lagi." seakan tau tantang pembicaraan mereka yang sifatnya pribadi, Ari mengalihkan pembicaraan mereka dengan mengambing hitamkan Alif yang baru saja jadian.
Alif nampak malu-malu kucing dan itu membuat kedua lelaki itu terasa ingin muntah jika melihat wajah Alif yang menjijikan menurut mereka, "Btw, Lo kapan sama Ressy?"
Ari diam ketika Alif menanyakan tentang kejelasan hubungan Ari dengan Ressy, ketika Ari mendengar sendiri dengan telinganya jika gadis bermulu toa itu menyukainya secara diam-diam.
"Mau." jawab Ari. Abib dan Alif kompak ber-hah-ria mendengar jawaban yang terkesan ambigu.
"Maksud, lo?"
"Waalaikumsalam." jawab para gadis dengan kompak ketika segerombolan muda mudi memasuki rumah dengan pakaian rapi.
"Tumben barengan baliknya, Kak?" Calista membuka suara terlebih dahulu. Ada Tasya dan empat temannya di depan matanya saat ini.
"Maen." jawab Tasya singkat. Tasya menoleh pada temannya, "Langsung kekamar gue aja. Duluan." Tasya lebih dulu berjalan memasuki rumah tapi langkahnya terhenti ketika melihat Abib kembali melamun dan menjadikan Calista objek tatapannya.
"Cari tau, bukan diam." seakan tau dengan masalahnya Tasya mengatakan hal itu membuat ketiga lelaki tampan menoleh dengan sempurna pada Tasya.
"Maksudnya, Kak?"
Tasya memutar bola matanya mendengar pertanyaan bego dari mulut Abib, "Jawaban ada di depan mata." setelah menjawab pertanyan Abib, Tasya benar-benar menaiki anak tangan meninggalkan sejuta pemikiran aneh di kepala Abib.
"Fik, pulangnya jangan malam-malam, ya. Ressy ajak pulang sekalian." sekarang gantikan kelima lelaki yang menoleh pada Restu yang berdiri di dampingi oleh Naya dan dua lelaki lainnya.
fikri mengangguk, "Iya, Bang."
Restu menenggok pada Ressy, "Jangan kebanyakan berantem sama Fikri. kasian sama Ayah-Bunda." lagi-lagi anggukan yang bekerja.
"Yaudah." keempatnya berjalan menaiki anak tangga menyusul Tasya.
"Eh! Kura-kura. Balik sama gue dan jangan bantah!" teriak Fikri pada Ressy.
"Bacot!"
☁
"Wanda jadian, Wanda traktir kita." seru Ressy ketika Dirinya, Wanda dan Calista sudah duduk di salah satu kursi kantin.
Wanda memutar matanya malas. Beruntung dirinya yang membawa uang lebih karena kejadian ini sudah pasti akan terjadi, "Iye."
"Gue bubur sama es teh"
"Samain deh." Calista mengikuti menu makan siang mereka.
"Tunggu." Wanda beranjak dari duduknya berjalan menuju penjual bubur ayam dan berbagai jenis minuman.
"Lis, ghibah, yuk!" Calista terkekeh mendengar ucapan Ressy yang mengajaknya ghibah. Ada-ada saja tingkahnya.
"Nggak, lah." jawab Calista.
Ressy menopak kepalanya dengan kedua tangan di atas meja, "Serius, nih? Lo tau ga?"
"Apa?!" sambar Calista cepat.
"Tadi bilangnya ga mau." ledek Ressy.
Calista berdecih, "Kalimat 'lo tau ga' itu yang bikin gue penasaran, anjim!"
Tawa Ressy pecah, "Iya-iya maaf. Btw, gue denger dari Rifki katanya Abib sekarang jadi banyak bengong."
Mata Calista menerawang entah apa saja yang bisa di tangkap oleh kornea matanya. Ucapan Ressy membuat hati Calista menjadi tidak tenang kembali.
"Kenapa?"
"Katanya sih mikirin sifat lo yang akhir-akhir ini cuek."
Calista menunjuk dirinya sendiri, "Gue? Cuek?"
Angkatan bahu dari Ressy menjadi akhir pergibhan mereka karena Wanda sudah datang dengan nampan berisi makanan mereka. Ressy langsung mengambil bubur miliknya tanpa bicara membuat Wanda geram karena tangan Ressy hampir membuat es teh miliknya tumpah.
"Kaya ga di kasih makan seminggu, anjing!" kesal Wanda. Ressy hanya cekikikan tidak jelas. Wanda mengalihkan matanya pada Calista yang tetap dimana tidak mengambil mangkuk bubur miliknya.
"Woy! Bubur lo, nih." Calista menonggak, ia mengambil buburnya lalu di beri sambal dua sendok kemudian di aduk.
"Jiji banget gue kalo ngeliat Calista makan bubur." cibir Ressy sebagai tim pemakan bubur tidak di aduk.
"Suka-suka gue, lah!" balas Calista tanpa menoleh pada Ressy.
Wanda sebagai tim netral hanya bisa menggeleng membiarkan kedua temannya itu saling kekeh dengan pilihan mereka.
👯♂👯♂👯♂
Up
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...