Motor hijau milik Abib berhenti di teras rumah Helmi yang terlihat ramai oleh banyaknya kendaraan yang ada. Calista dan Abib masuk dengan pandangan mereka yang nampak bingung, ada acara apa?
"Assalamualaikum." ucap Abib dan Calista saat memasuki ruang tamu yang ramai. Semua yang ada di dalam sana menjawab salam dua remaja itu dengan kencang. Calista menghampiri papah dan mamahnya untuk menyalimi keduanya. Abib yang melihat itu ikut melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan oleh Calista.
Mereka ikut duduk di atas karpet yang mana sudah ada Tasya, Naya, Restu, Jupiter dan Valen yang tengah menikmati hidangan sesekali saling berbicara. Sepertinya mereka mengadakan reunian private.
"Dari mana lo Lis, jam segini baru pulang?" tanya Jupiter yang tengah mengunyah bolu buatan mamahnya.
"Ga kemana-mana, Kak. Tadi gue ke ruangan chers dulu makanya lama pulang." jabar Calista membuat semua mengerti. Tasya yang duduk di sebelah Naya masih memperhatikan adiknya yang berada di samping Abib.
"Kok pulang sama Abib? Kan tadi gue suru lo buat balik naik ojek kalo ga taksi?" pertanyaan Tasya membuat orang yang ada di sama menatap perempuan itu dengan tanda tanya.
Alis Abib saling bertautan mendengar ucapan kakak dari teman kecilnya yang sedikit menyentil perasaanya, "Maksudnya, Kak?"
Tasya meletakan ponselnya di atas karpet, "Gue suru Calista pulang pergi naik gojek."
"Kenapa?"
"Gue ga enak sama bonyok lo, pasti mereka merasa risih karena selama setahun belakangan ini lo sering bahkan bisa di bilang selalu pulang pergi sama Calista."
"Bukannya apa, Bib. Gue ga mau adek gue di cap jelek sama keluarga lo karena secara tidak langsung kan Calista ngerepotin lo." lanjut Tasya. Helmi dan Kesya hanya diam karena apa yang di ucapkan oleh Tasya ada benernya. Keempat teman Tasya yang tau dengan sejarah Calista pun mengiyakan jika apa yang Tasya bilang benar.
Sedekat-dekatnya kita sama seseorang, pasti orang itu bakalan ngerasa risih dan lama kelamaan jengah sama apa yang kita lakukan.
"Enggak, Kak. Abi dan Umi ga pernah bilang gitu kok, lagian gue yang mau antar jemput Calista." bela Abib. Ini semua memang bukan paksaan seseorang. Ini mutlak kemauan hatinya sendiri dan masalah abi dan uminya kan, memang tidak melarang.
"Tetep aja, Bib. Kita ga tau kan isi hati Abi Umi lo gimana." Naya memberi kode pada Tasya agar berhenti berbicara karena sejak tadi Naya sudah menangkap sinyal jika Calista akan menangis.
Abib diam. Ia menoleh pada Calista yang mana matanya sudah berkaca-kaca. Tangan Abib mengamit tangan Calista yang bebas dan menggenggamnya erat seakan mengatakan jika semua yang ada di depan mata adalah halusinasi mereka saja.
Gerakan Abib yang menganggam tangan Calista tidak lepas dari pandangan Helmi dan Kesya yang sejak tadi memang memperhatikannya.
"Mulai besok lo berangkat sama supir dan pulang naik gojek atau taksi. Masalah uang serahin sama gue."
"Tapi, Kak-
"Apa? Gue udah punya uang sendiri, meski kuliah masih di bayarin sama Papah. Lo gue jatah sebulan sejuta setengah buat ongkos. Jangan repotin Abib lagi - Tasya menoleh pada Abib yang masih diam - oke, Bib?"
Abib menggeleng, "Ga bisa gitu, Kak. Gue tetep mau antar jemput Calista. Gue ga perduli walau lo udah ngelarang!" tegas Abib membuat Helmi menatap kagum anak dari sahabat istrinya. Calista pun ikut terkagum dengan ucapan yang di keluarkan oleh Abib.
"Lo ngelawan gue, Bib?" mata hitam Tasya melotot menatap nyalang Abib yang membuat keputusan seorang diri.
"Gue bukan ngelawan lo, Kak. Gue cuma ga mau Calista naik kendaraan umum yang mana itu ga ngejamin Calista bakalan selamat sampai tujuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...