Mobil hitam milik Tasya berhenti di depan gerbang SMA Cahaya Bintang. Sempat menjadi objek orang-orang karena merasa tidak asing dengan mobil itu. Calista keluar dari mobil lalu berdiri di depan pintu kemudi yang mana ada Tasya sedang mengutak atik tasnya.
Calista menyodorkan tangan berniat untuk salim tapi Tasya malah memberikannya lima lembar uang berwarna merah. Dahinya saling bertautan merasa heran dengan apa yang sedang di lihatnya saat ini.
"Buat apaan, Kak?" tanyanya.
Tasya hanya memberikan senyum yang sudah lama tidak muncul di permukaan. Calista membalasnya dengan begitu gembira lantaran hal ini adalah keajaiban. Karena selama satu tahun lalu lebih tepatnya pasca kematian Gibran, Tasya jadi merubah kepribadiannya.
"Buat lo naik gojek. Jangan kebiasaan pulang pergi nebeng Abib, ga enak sama Tante Adel dan Om Agung." Calista mengangguk mengiyakan ucapan Tasya. Memang, satu tahun belakangan ini tepatnya saat kelulusan Tasya, Calista lebih sering pulang pergi bersama Abib sebab mobil yang sering mereka gunakan di pakai oleh Tasya.
Memang dasarnya itu mobil milik Tasya.
"Makasih." jawabnya sedikit cangung.
"Yaudah, gue jalan dulu." pamit Tasya dan tidak lama mobil hitam itu melesat pergi meninggalkan peradaran sekolah.
Calista masih termenung di tempat. Setan apa yang merasuki kakaknya hingga membuat Tasya tersenyum dan memberikannya uang. Calista kembali tersentak karena ada tangan kokoh yang merangkulnya. Hembusan nafas terdengar begitu kasar saat tau jika Abib lah yang melakukannya.
Calista melepas tangan Abib kasar dan menatap lelaki dengan pakaian rapih itu sedang tersenyum jahil, "Ribet, lo!"
"Atuh sih eneng, diem-diem aja di tengah jalan nanti ke seruduk mobil tau rasa lo." Calista menabok tangan Abib kencang, "Bacot."
Abib mengaduh dengan lebaynya karena sampai meraung-raung membuat orang yang berlalu lalang melihatnya aneh. Entah ide dari mana, Calista malah melebarkan uang pemberian kakaknya menjadi berbentuk kipas dan mengibaskannya pada wajah Abib. Seketika lelaki itu langsung berdiri tegak dengan bola mata menyorot penuh pada uang dalam tangan Calista.
"Giliran duit, aja, ijo!" nyinyir Calista.
Abin terkekeh, "Dari mana tuh, ngepet ya, lo?"
"Iya. Semalem gue sama Mamah nyoba ngepet dengan Papah yang gue jadiin babinya." Abib melotot mendengar ucapan Calista yang frontal. Gadis ini memang tidak tau malu.
"Serius lo? Berdosa banget kamu, Nak!"
Plak.
Tamparan pelan meluncur mulus di pipi Abib. Sih sasaran hanya bisa memanyunkan bibirnya sedang Calista tertawa melihat tingkah Abib.
"Gila-
Tett.... Tett....
Keduanya terlonjak kaget mendengar suara klakson mobil yang mana itu berasal dari belakang mereka. Calista dan Abib menoleh kebelakang dan saat tau siapa orang di dalam mobil itu senyum Calista mengembang dengan indah.
Orang di dalam mobil keluar dan menghampirinya. Calista berlari pelan pada seorang gadis yang tak lain adalah Ressy, temannya yang sudah hampir satu bulan izin karena harus ke luar kota untuk urusan keluarga. Mereka melepas pelukan mereka, Calista beralih pada sosok laki-laki tinggi besar dengan pakaian kesualnya.
"Kak Restu apa kabar? Lama banget ga main kerumah." Restu menyambut ucapan Calista dengan senyum.
"Gue kan ikut ke batam, gimana sih lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...