Setelah selesai memarkirkan motornya di dalam garasi Ari berjalan masuk kedalam rumah melalui pintu garasi yang terhubung dengan dapur. Di dapur ia mendapati maminya yang tengah duduk dengan segelas susu berkalsium di depannya, tanpa banyak bicara karena Ari memang tidak pandai bicara Ari langsung menghampiri maminya dan mengamit tangan maminya.
Maminya yang terkejut dengan segera menoleh lalu tersenyum saat tau jika anak satu-satunya ada di depan matanya.
"Baru pulang?" Ari mengangguk.
"Jam empat sore baru pulang?" ulang maminya. Ari memilih duduk di samping maminya lalu menuangkan segelas air yang memang di sediakan.
"Ajak Ressy makan dulu."
"Kenapa tidak makan di rumah saja?"
Ari bangun dari duduknya dengan pandangan masih pada mata maminya, "Ga papa. Ari naik dulu, Mi. " maminya mengangguk.
Ari berjalan dengan malas menaiki lantai atas yang sepi karena hanya ada dirinya saja sebagai penunggu. Sebenarnya di lantai atas ada empat kamar, hanya saja tiga di antaranya kosong sebab memang tidak ada yang menempati.
Awalnya... Di lantai atas di tempati oleh tiga orang namun lima tahun lalu Rino, adik kembarnya meninggal karena kecelakaan mobil dan satu tahun kemudian Rini menyusul kakaknya dengan cara yang menyakitkan.
Rini memiliki usus buntu namun adiknya itu memilih menyimpan penyakitnya seorang diri sampai pada akhirnya usus di dalam perutnya mengalami pembusukan dan berakhir fatal sebab kedua orang tuanya telat membawa Rini ke rumah sakit. Rini meninggal saat sedang dalam perjalanan dengan tangan yang menggenggam tangan Ari.
Dan sebenarnya puncak awal Ari menjadi seseorang kutub adalah di sana, tepat di hari kematian adiknya. Sebenarnya Ari memang mewarisi sifat papinya yang dingin hanya saja sejak saat itu kedinginannya bertambah dua kali lipat dan lebih parahnya Ari tidak mau bersosiali sasi.
Di bilang kesepian Ari memang kesepian karena tidak ada kedua adiknya. Tapi sebisa mungkin dirinya memperkuat diri dengan cara memasang beberapa foto adik kembarnya di dalam kamar dan ada satu lembar foto di dalam dompet yang mana berisi satu keluarga dengan formasi yang utuh.
Ari meletakan handuknya di tempat handuk yang tersedia di dekat pintu kamar mandi. Ia baru saja selesai mandi. Kaki panjangnya belangkah naik ke atas kasur dengan tujuan ingin tidur, tapi suara notifikasi ponsel mengintrupsikannya untuk duduk kembali.
Ia membuka ponselnya dan ternyata itu adalah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal.
0856********
Ri, ini gue Vano. Gue cuma mau bilang kalo gue mohon dengan sangat tolong jangan kasih tau siapa-siapa tentang yang lo denger tadi di toilet. Gue tau lo denger semua, Ri.Ari mengerjit. Vano dapat dari mana nomor ponselnya? Perasaan hanya beberapa anak saja yang tau nomor ponselnya.
Tangannya mulai bermain di atas layar ponselnya dengan sangat lincah.
Ya. Itu masalah lo dan Abib.
Tidak lama kemudian Vano kembali membalas pesannya.
Thanks banget, Ri.
Read
Tidak di balas.
Pesan itu di abaikan Ari. Ari memilih meletakan kembali ponselnya di atas nakas dengan alas charge tanpa kabel. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur besar miliknya dengan posisi kedua tangan di letakan di bawah kepala menjadikannya sebuah bantalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...