"Kenapa cari aku?"
Calista memamerkan senyum paksa ketika sosok yang kehadirannya di tunggu sejak tadi akhirnya datang. Lelaki itu menarik bangku yang sama persis dengan dirinya lalu duduk tepat di depan Calista.
Calista menunduk bingung harus memulai dari mana. Jujur saja dirinya ingin menceritakan bebannya pada lelaki di depannya yang menyandang status kekasihnya, Guntur.
Guntur masih memperhatikan Calista yang tidak kunjung bersuara asik dalam lamunannya saja. Tangan Guntur mulai menyentuh telapak tangan Calista yang ada di atas pahanya, di genggam erat seolah menyalurkan rasa sayang yang Guntur miliki untuk Calista.
"Kenapa?" suaranya halus dan menenangkan membuat Calista langsung mengangkat kepalanya.
"Cerita, ada apa?" lanjut Guntur. Ibu jarinya mengusap telapak tangan putih Calista.
"Aku... Takut, Gun." gadis itu mentap Guntur sayu.
Gadis itu masih ragu untuk menceritakan segalanya pada Guntur karena sejak awal memang Calista tidak pernah mau berbagi kisah kecuali dengan Abib. Tapi sepertinya saat ini Guntur adalah opsi yang tepat.
Calista memberanikan dirinya untuk menceritakan semuanya dengan Guntur karena lelaki itulah yang seharusnya tau semua tentang dirinya bukan Abib yang hanya teman kecil.
"Takut kenapa?"
"Aku takut liat Kakakku." Calista menunduk. Ia berani sumpah jika dirinya lemah terhadap hal semacam ini terlebih ini adalah kakaknya.
"Tasya?" kata Guntur memastikan apakah benar kakak yang di maksud oleh Calista adalah Tasya.
"Iya, siapa lagi."
Guntur masih memainkan telapak tangan Calista khususnya jemari, "Ada apa sama Tasya?"
Calista memejamkan matanya diriingi dengan hembusan nafas yang kasar, "Kak Tasya buat aku takut dengan cara dia yang meremas pecahan vas bunga sampai tangannya berdarah banyak dan nangis sampai susah di kendaliin." Calista mulai menceritakan apa sumber ketakutannya saat ini.
Semoga dengan dirinya yang menceritakan semua keluh kesahnya pada Guntur perasaannya akan sedikit tenang dan semua kembali seperti semula.
Guntur menatap penuh mata Calista, usapan di tangan Calista mulai menghilang. Guntur melepaskan tautan tangannya dengan tangan Calista dan memilih mengepalkan kedua tangannya sendiri.
Sementara Calista masih diam menunggu tanggapan Guntur mengenai cerita singkatnya tadi.
"Aku ga bisa bilang banyak tentang masalah kamu. Tapi yang perlu kamu inget yaitu, jangan takut sama apa pun yang bersangkutan sama keluarga kamu. Coba kamu rangkul Kakak kamu mungkin aja dia ada masalah."
Benar. Seharusnya Calista tidak bertindak seperti saat ini. Takut pada kakak sendiri? Itu terdengar lucu bahkan di tambah dirinya mengabaikan Abib yang jelas-jelas khawatir pada dirinya.
Bodoh sekali.
"Jadi, maksud kamu aku ga boleh takut?" Guntur mengangguk. Ada senyum yang mendampingi di anggukannya tadi.
"Selagi Kakak kamu ga, maaf, gila ya kamu ga perlu takut."
Senyum Calista mengembang ia merasa bahagia karena memiliki pacar yang mampu menemaninya dalam situasi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...