FZ || Kejanggalan Hibungan Calista

663 56 0
                                    

Hari pertama masuk sekolah dengan tahun ajaran baru memang terasa menyenangkan karena bagi sebagian murid hal ini menjadi peluang karena bisa saja mereka di satukan dalam satu kelas bersama teman atau pacar mereka.

Tapi bagi Calista tahun ajaran baru adalah sebuah keterpaksaan yang harus ia hadapi kerena semakin lama dirinya akan semakin dewasa dan pergi meninggalkan Sekolah Menenggah Atas ini lalu berpindah ke jenjang pendidikan yang lebih serius. Universitas.

Oleh sebab itu Calista nampak acuh setiap kali kenaikan kelas. Baru tahun ini saja dirinya mau sibuk-sibuk mengurusi kelas. Semua atas paksaan teman-temnanya yang meng-inginkan mereka satu kelas lagi.

Calista, Wanda, Ressy, Zio, Fikri dan Alif kini sedang menunggu Abib dan Ari yang tengah melihat mading lebih tepatnya memastikan mereka akan masuk kelas IPS berapa.

Berdiri di pinggir lapangan dan menjadi pusat perhatian membuat hati Calista sedikit was-was takut dirinya di jadikan pusat pembicaraan lagi. Pasca pembully'an dan dirinya di antar pulang Calista sama sekali tidak lagi mendengar namanya di jadikan pembicaraan, bersyukur namun sedikit aneh saja mengapa bisa langsung senyam dalam satu hari.

Mengabaikan tentang itu kini tatapan Calista teralih dari sepatu pada Ridzvano yang menghampirinya dengan senyum mengembang. Di tangan kirinya ada benda yang dirinya pegang.

"Hai." sapa Vano menjadi awal dari pembicaraan mereka.

Calista, Wanda dan Ressy menyambut sapaan itu dengan senyum.

"Mau apa lo?" tidak kasar namun terdengar jutek.

Vano menatap Fikri, "Santai, Bro. Gue cuma mau kasih undangan buat kalian."

Calista mengerutkan kening, "Undangan apa?"

Vano lebih dulu memberikan lembar karton berwana putih coklat pada Calista dan di lanjut yang lainnya.

"Tunangan gue sama Tissa." jelasnya.

"Tissa anak mana? Kayanya gue ga pernah denger nama Tissa di sekolah ini, deh." tanya Wanda.

Vano tersenyum menanggapi, "Emang bukan anak sini, anak sebelah."

"Kapan pacarannya main tunangan aja lo." kata Zio.

"Gue di jodohin." tiga kata namun membuat mereka terdiam.

Calista mendekati Vano dan memberikan tepukan pada bahu lelaki itu, "Kenapa mau di jodohin?" tanya Calista pelan.

Kekahan memilukan terlepas begitu saja membuat yang paham akan luka mengerti jika itu adalah tawa luka.

"Ga apa-apa, dari pada berharap sama lo yang ga akan mungkin lebih baik gue nurutin ke inginan bonyok gue."

"Ada apa, Van? Kenapa gue ngerasa janggal dengan putusnya kita, lo pergi gitu aja dengan alasan kalo gue terlalu baik sama lo, ada apa?"

Vano menggeleng, "Gue pergi dulu."

Vano pergi begitu saja meninggalkan tanda tanya di otak Calista.

"Bener, Lis. Gue juga ngerasa janggal sama putusnya hubungan lo." sambar Ressy mengiyakan kejanggalan yang terjadi.

Para lelaki hanya diam menyimak karena sejatinya mereka memang tidak paham dengan keadaan jadi menyimak adalah jalan yang paling baik.

"Pertama, Rayen. Tuh lelaki emang bad boy tapi sama lo dia nurut banget bahkan lagi itu dia pernah ga jadi tawuran cuma gara-gara lo bales chat singkat. Kedua, Rizdvano. Lo berdua sama-sama pinter, saling melengkapi dan juga saling jaga intinya lo sama Vano itu satu frekuensi tapi dengan mudahnya putus saat lo lagi sayang-sayangnya."

Friend Zone [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang