Tidak di sangka akhirnya hari-hari yang menyulitkan sudah selesai. Kurang lebih lima hari SMA Cahaya Bintang mengadakan ulangan kenaikan kelas yang sekarang sudah resmi selesai. Siswa siswi menyambut dengan bahagia dan begitu senang, apa lagi kelas dua belas yang mana ini adalah perjuangan terakhir mereka.
Saat ini Calista, Wanda, Ressy, Abib, Alif, Fikri dan Ari sedang berada di kantin. Mengisi perut mereka sebab ulangan terakhir mereka di isi oleh pelajaran matematika. Menyebalkan bukan.
Bakso di mangkuk Calista masih tersisa banyak sebab dirinya datang terlambat lantaran harus bertemu dengan Guntur dahulu tadi. Dirinya baru saja membahas mengenai status mereka yang tidak bisa di pertahankan lagi. Guntur menolak tapi Calista kekeh dengan keputusannya dan hal hasil Calista langsung berlari meninggalkan Guntur, dan beruntungnya tadi Guntur sempat di panggil keruang guru jadi lelaki itu tidak mengikutinya.
Calista menonggak memperhatikan teman-temannya yang tidak berbicara barang sepatah. Apa mereka marah karena sifat Calista yang dua minggu ini berubah atau memang memiliki masalah pribadi?
"Oiya, Lis. Minggu kita di ajak Ari sama Ressy makan-makan nih, lo harus ikut ya." Wanda berucap.
Alis Calista melengkung mendengar ucapan Wanda. Apa hubungannya dengan Ressy? apa mereka pacaran atau ada hubungan lain. Tapi jika mereka pacaran mengapa dirinya baru di beri tau sekarang.
"Ada apaan?" tanya Calista sebisa mungkin santai.
"Traktiran, biasa." fikri menjawab.
Calista melirik Ressy yang ada di depannya dengan tatapan sulit di baca sedangkan Ressy yang duduk di sebelah Ari belum tau dengan tindakan Calista.
"Lo jadian dan ga ada kasih tau gue?" entah Calista berbicara pada siapa karena bola mata gadis itu tertuju pada mangkuk baksonya.
Semua yang ada di meja kantin diam. Memang sejak kejadian itu tidak ada yang memberitau tentang hubungan Ressy dan Ari yang naik menjadi sepasang kekasih. Awalnya Ressy ingin memberitau tapi urung karena Abib langsung melarangnya.
"Bukan gitu, Lis."
Calista menghiraukan ucapan Ressy. Gadis itu malah menambahkan lima sendok sambal pada kuah baksonya yang tinggal sedikit. Alif yang ada di sebelah Calista melotot bingung ingin melarang rasanya percuma karena sambal itu sudah masuk kedalam mangkuk.
Wanda menendang kaki Abib memberitau jika tindakan Calista salah tapi Abib hanya diam seolah tidak melihatnya.
Calista menusuk sebutir bakso dengan kasar, "Gue yang jatoh dari tangga aja cerita." lagi-lagi Calista berbicara tidak jelas. Ini menyindir atau memang sedang berbicara sendiri?
"Lis..."
"Hm." Lista menoleh pada Ressy.
"Gue-
"Mau baksonya? Jangan, nanti sakit perut ga bisa seneng-seneng."
Helaan nafas keluar dari hidung Wanda. Ini lah Calista.
"Dengerin dulu, jangan asal potong." celetuk Ari yang malas mendengar perdebatan antara pacarnya dan juga temannya.
"Sumpah ya, pedes banget nih bakso!" kata Calista melantur.
"Tapi gapapa lah, enak. Dari pada di diemin temen orok sama ga di anggep temen lebih enak makan bakso - Calista melirik Alif - ga ya, Lif?" Alif hanya diam tidak memberikan respon.
Tangan Ari mengepal kuat di bawah meja. Dirinya tidak suka situasi saling menyindir seperti ini.
"Ressy bukan ga mau ngasih tau lo. Tapi dia di larang sama Abib!" ucap Ari kencang. Beruntung hanya mereka dan beberapa adik kelas yang ada di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...