Suasana kediaman Helmi nampak ramai dengan ketegangan yang menyelimuti mereka. Sepuluh menit yang lalu Agung, Adel beserta Abib datang kerumahnya tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Kesya kalang kabut saat salah satu Asisten Rumah Tangganya datang dan bilang jika ada Adel di luar.
Masih dengan pakaian santainya Kesya menyambut mereka di temani oleh Helmi yang hanya memakai celana pendek di atas lutut.
Sepuluh menit duduk tidak ada yang mengeluarkan suara. Kesya dan Adel terus bermain kode terlebih Kesya yang sangat penasaran dengan kedatangan temannya ini, Kesya yakin ada sesuatu yang terjadi karena dari wajah Agung terlihat jelas ada kemarahan di dalamnya.
Agung berdehem membuat Kesya dan Adel yang sedang saling panda seketika melepas pandangan itu dan terfokus pada Agung sedangkan Helmi yang hanya duduk diam dengan mata memperhatikan kopi di cangkir kini jadi menatap Agung.
"Maaf membuat kalian sedikit terganggu dengan kehadiran saya beserta istri dan anak saya. Saya kesini ingin membicarakan sesuatu pada keluarga kalian terutama Helmi dan Kesya selaku orang tua."
Mata Kesya melotot. Perkataan Agung mengandung unsur ambigu. Maksudnya apa, apa Abib sudah membuat Calista kehilangan keperawanannya? Jika iya habis kau Abib!
"Maksudnya gimana?"
Belum sempat Agung menjawab pertanyaan Helmi mereka kompak diam karena melihat Calista dan Tasya yang datang dari arah tangga dengan pakaian tidur mereka. Keduanya duduk di samping kiri-kanan Kesya setelah sebelumnya menyalimi kedua orang tua Abib.
Calista sempat bertanya pada Abib lewat tatapan matanya, namun Abib hanya bisa menggeleng dengan wajah senduh.
"Bisa di lanjut?" ucap Agung, Helmi mengangguk.
"Saya langsung pada intinya saja, kalian tau jika saya membenci cinta di luar akad dan Abib anak saya diam-diam memacari Calista-
"Jadi?" potong Kesya. Terdengar kurang sopan tapi ini memang terlalu bertele-tele.
Agung menghela nafasnya pelan, "Kedatangan saya dan keluarga kesini ingin melamar Calista sebagai istri anak saya, Abib."
Deg.
Semua diam. Kesya dan Helmi saling pandang sedangkan Calista hanya bisa diam menunduk. Tadi siang baru di bahas dan malamnya kejadian.
"Saya tidak memaksakan besok mereka menikah tapi saya paksa mereka untuk saling jaga jarang sebelum mereka menikah." lanjut Agung.
"Maaf sebelumnya, Gung. Saya ga bisa langsung iyakan atau tolak, karena yang menjalankan bukan saya tetapi Calista jadi saya serahkan keputusan ini pada Calista." Helmi menoleh pada Calista, "Kamu mau menikah dengan Abib?"
Semua mata tertuju pada Calista tanpa terkecuali Tasya. Gadis itu juga ikut menatap adiknya dengan pandangan sulit di artikan.
"Lis."
Calista menoleh pada Helmi, "Calista mau asal Abib bisa bertangung jawab dan menafkaih Calista dengan jerih payahnya sendiri." jawaban Calista membuat Agung tersenyum senang.
"Tenang saja. Selepas kalian menikah Abib akan memengang perusahaan saya - Agung menatap Abib - kamu tidak usah kuliah, nanti Abi ikutkan kelas bisnis agar kamu paham dengan dunia perbisnisan yang kejam."
Abib hanya bisa mengangguk.
"Baik, keputusan sudah di dapatkan. Calista dn Abib sudah di pastikan akan menikah selulus SMA dan selama itu kalian tidak boleh terlalu sering bertemu, paham?" Calisa dan Abib mengangguk mendengar penuturan Helmi.
Pembicaraan terus berlanjut hingga pukul sebelas malam. Keluarga Abib baru saja pulang menyisahkan Helmi, Kesya, Tasya dan Calista yang duduk di sofa dengan diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...