FZ || Futsal

874 82 1
                                    

"Gue baru tau kalo Ari anak donatur di sini, gue kira cuma lo aja yang punya kartu kek gitu." Wanda kembali memakan soto ayam pesanannya.

Ressy menatap Wanda lalu tangannya mendorong piring berisi somay, "Gue juga baru tau. Sial, diem-diem Ari banyak rahasia."

"Rasanya anjim banget, tau ga." Wanda menyambung.

"Apa?"

Calista yang sedang asik meminum jus buah naganya hampir di buat tersedak kala kedua temannya memberikan tatapan tajam seolah meminta penjelasan pada dirinya. Calista mengambil tissu lalu mengusap sekitaran bibirnya yang sedikit kotor.

"Apaan, sih, kalian?"

"Lo tau kan kalo sebenernya Ari anak donatur kedua setelah bokap dan nyokap lo?"

Calista menghembuskan nafasnya kasar, "Iya, tau." ucapnya menjawab pertanyaan Ressy.

Keadaan kening kembali. Wanda melanjutkan makannya sedangkan Calista dan Ressy hanya menghabiskan sisa minuman mereka yang masih banyak.

Istirahat kedua mereka memutuskan untuk kekantin karena saat istirahat pertama mereka bertiga di sibukan dengan catatan. Mereka hanya bertiga karena Abib, Alif dan Fikri memilih bermain futsal sebab mereka sudah makan di jam istirahat pertama.

"Ayo kekelas." ajak Calista ketika menyadari makanan mereka sudah habis. Kedua temannya mengangguk. Mereka berjalan keluar kantin dengan canda tawa yang menghiasi jalan mereka. Sepanjang perjalanan terasa begitu tentram dan nyaman, tidak ada yang bergosip atau mengeluarkan opini mereka sembarangan tentang seseorang.

Ternyata teman satu kelas mereka takut dengan ancaman yang di keluarkan oleh mulut pedas Ari, mereka sama sekali tidak membuka suara tentang Ari yang merupakan anak donatur di SMA Cahaya Bintang. Kekuasaan anak donatur memang luar biasa.

Mereka bertiga memasuki kelas yang rupanya hanya ada segelintir manusia termaksud Ari di dalamnya. Calista, Ressy dan Wanda duduk di tempat mereka masing-masing.

Ressy duduk di samping Ari yang hanya diam membaca buku tentang sejarah. Dengan santai Ressy  memainkan ponselnya tanpa menyapa Ari.

Selang beberapa menit Abib dan gerombolannya memasuki kelas. Abib duduk di samping Calista dengan baju yang penuh dengan keringat serta wajah yang nampak berminyak. Calista mengambil tissu dari dalam tasnya dan tanpa aba-aba dirinya menarik wajah Abib hingga persis berhadapan dengannya, mengusap wajah Abib dengan tissu miliknya.

Abib tersenyum di perlakukan seperti ini, rasanya dunia hanya milik mereka tanpa ada yang menganggu apa lagi mengontrak. Mereka berdua yang uwu teman-temannya yang kepanasan. Itu terbukti dari wajah Wanda dan Ressy yang nampak jengah dan terlihat eneg melihatnya.

"Udah kali, ya ellah." sindir Zio yang duduk di sebelah Wanda.

"Tau, kaya ga ada tempat lain aja buat uwu-uwuan." sambar Wanda.

"Dasar jomblo." jawab Abib yang sudah memperbaiki posisi mereka. Calista yang di jadikan bahan candaan hanya bisa tertawa, ia menoleh kebelakang untuk melihat Alif tapi malah fokusnya di alihkan pada Ressy dan Ari yang sedang duduk saling berdekatan dengan ponsel yang mereka jadikan objek.

Sejak kapan? Perasaan tadi mereka sibuk sendiri?

Ok, abaikan.

"Alif, kapan Wanda di jedor?!" Alif menonggak, lelaki itu hanya menunjukan senyum tanpa berkata apapun.

"Awas di tikung Zio, tau rasa lo!"

"Biar aja, Bib. Nanti juga Wanda buat gue!" kata Zio menyambukan ucapan Abib, seketika tawa mereka terdengar.

Friend Zone [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang