Sedang santai berjalan dengan telinga tersumpal erpon tiba-tiba tangannya ditarik paksa membuat Calista reflek mengikuti gerakan si penarik.
"Heh! Lepas!" teriak Calista tidak terima dirinya diperlakukan seperti binatang oleh orang yang ia tidak kenal.
"Diem!" Calista terkesiap. Di depannya ada tiga orang perempuan dengan penampilan nyentrik dimana wajahnya di rias dengan tebal dan seragamnya yang begitu ketat membuat lekukan tubuh mereka terlihat jelas.
"Mau apa, lo?!" teriak Calista namun dengan sigap wanita paling nyentrik yang ada di depannya menangkup kedua pipinya lalu di hampit dengan tangan kanannya.
"Gue bilang diem, ya diam!"
Ok, kali ini Calista harus menurut sebelum dirinya celaka.
"Lo yang bikin cowo gue babak belur?"
Calista menggeleng karena dirinya tidak tau siapa cowo yang di maksud oleh perempuan di depannya saat ini
"Ga usah bohong lo!" hampitan di kedua pipinya semakin keras hingga Calista bisa merasakan jika tulang pipinya berbunyi.
"Gue ga tahu." jawab Calista dengan suara seadanya.
Perempuan itu melepas hampitan tangannya dengan kasar membuat wajah Calista terhempas. Calista menatap perempuan di depannya tajam membuat lawannya semakin tertantang.
"Calista, ade dari seoarang Kakak yang gila. Seharusnya Kakak lo itu masuk rumah sakit jiwa-
Plak!
Calista menampar wajah lawannya dengan penuh emosi. Matanya merah rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal.
"Berani lo sama gue!" tanpa izin perempuan itu menarik rambut Calista kuat hingga membuat kepalanya terasa panas. Calista tidak terima, dirinya membalas tarikan rambut itu dengan cara yang sama.
Dua teman sih perempuan itu hanya diam bingung harus memisahkan atau bergabung dengan temannya yaitu melukai Calista.
"LEPAS, ANJING!" teriak lawan Calista.
"LO DULUAN!"
"BANGSAT, LEPASIN TANGAN LO DARI KEPALA GUE!"
"Pril, udah, Pril!" temannya mulai memisahkan karena takut ada yang melihat. Jangan lupakan jika Aprilia menarik Calista ke pojok koridor yng siapa saja bisa melewatinya.
Keduanya sudah berhasil di pisahkan dengan bantuan dua teman April. Penampilan keduanya terlihat berantakan bahkan rambut mereka masing-masing sudah rontok.
"Gila, lo!" ucap Calista. Ia berjalan menghindar namun gagal lantaran April menarik rambut Calista yang tergerai hingga kembali pada posisi awal.
April melirik dua temannya, "Pengangin!" keduanya mengangguk.
"Lepas!" dua tangan Calista di pengang oleh dua teman April. Calista memberontak namun nihil karena pengangan keduanya sangat kuat.
April berjalan mendekati Calista setelah perempuan itu memperbaiki tatanan rambutnya.
"Maksud lo apaan sih? Ga jelas banget main narik orang sembarangan. Gabut lo!" kata Calista penuh penekanan. Dirinya tidak suka karena tidakan April tadi membuat kepalanya berdenyut kuat dan terasa sakit.
"Lo - April menunjuk Calitsa dengan telunjuknya - gara-gara dua teman sialan lo itu, Guntur jadi masuk rumah sakit!"
Ok, sekarang Calista tau. Dirinya baru ingat jika prempuan di hadapannya saat ini adalah prempuan yang sama seperti yang ada di foto waktu itu, foto yang di berikan Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...