FZ || Kehilangan Bulan?

684 63 3
                                    

"Lis." sapa Guntur dari belakang Calista. Calista membalikan tubuh dan tersenyum.

"Ngapain gelamun di sini?" Calista tertawa di tanya seperti itu, dia memang bodoh mengapa harus melamun di depan stans mie ayam. Beruntung tidak banyak orang di jam istirahat kedua ini.

Guntur mengacak rambut Calista yang tergerai, "Ulangannya gimana? Bisa?"

"Bisa dong!" jawab Calista semangat.

"Udah sana masuk kelas, sebentar lagi bel." Calista mengangguk menyetujui ucapan Guntur. Ia ingin berjalan meninggalkan kantin tapi tangannya di tahan oleh Guntur.

Alisnya bertautan, "Kenapa?"

"Aku ada basket hari ini. Kamu pulang duluan gapapa, kan?" Calista sempat diam tapi tidak lama ia mengangguk menyetujui ucapan Guntur.

Guntur kembali mengembangkan senyumnya. Lelaki itu membiarkan Calista untuk kembali kekelas kerena sebentar lagi ulangan akan di mulai.

Bel pulang berbunyi lebih cepat dua jam dari hari biasa. Siswa siswi saling berebutan bahkan ada yang sampai dorong-dorongan untuk keluar lebih dulu dari kelas. Tapi itu tidak berguna untuk Calista, gadis itu masih duduk diam di bangku dengan kelas cukup asing karena kali ini dirinya di tempatkan di ruang 16 dimana letaknya berada dikelas IPA 4 yang ada di paling pojok.

Dirinya hanya sendiri di ruangan ini. Kedua temannya pun di tempatkan di kelas yang berbeda. Hanya Abib dan Ari yang berada di satu ruangan. Ini lah hal yang di benci oleh Calista jika ujian sekolah sudah mulai di adakan, menyebalkan.

Bola matanya bergerak kekiri kanan mengamati keadaan kelasnya yang sudah benar-benar sepi tidak ada orang sama sekali. Calista bangun dari duduknya, mengambil totabag hitam yang berisi papan jalan dan tempat pinsil.

Kakinya melangkah keluar kelas, menuruni anak tangga dan berhenti di depan halte sekolah menunggu angkutan umum atau bis sekolah. Calista duduk di bangku besi dengan kaki kanan menopang pada kaki kiri, hembusan nafas terdengar begitu saja seiring matanya menangkap siswa siswi yang saling berboncengan atau hanya berjalan kaki namun saling tertawa bersama. Rasanya begitu iri ketika ia mengigat tentang kebersamaan dengan Abib yang sekarang sedikit merenggang.

Tidak tersadar ternyata Calista melamun. Ia tersentak karena suara teriakan seseorang yang berasal dari depannya. Calista beranjak dari duduk untuk menghampiri orang meneriakinya tadi.

"Apaan?" ucap Calista saat sudah sampai di depan gadis dengan rambut tergerai bebas. Di depannya ada seorang lelaki dengan helm full face yang menutup semua wajahnya kecuali bagian mata.

Calista tau siapa laki-laki itu.

"Lo ngapain di sini, Lis?" bego. Udah tau dirinya duduk di halte ya otomatis nunggu kendaraan umum, ga mungkin nunggu kereta kencanannya ratu kidul, kan.

Calista memutar bola matanya, "Semedi." jawabnya asal-asalan.

Ressy menggeleng heran dengan jawaban temannya yang terdengar tajam.

"Serius bego, Lis!" Alif dengan posisi motornya di depan motor Fikri bersuara. Di jok belakang motornya ada Wanda yang sama geredetannya dengan Alif. Wanda.

"Nunggu angkot." jawabnya.

Calista memperhatikan empat motor dengan warna yang hampir sama, hanya motor Abib saja yang warnanya paling mencolok.

Friend Zone [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang