Keadaan kelas ramai sebab guru lagi-lagi tidak ada yang masuk kelas. Entah gurunya yang malas atau pekerjaannya yang menggunung, intinya kelas kosong dan ini syurga dunia bagi siswa siswi yang membutuhkan kelegaan otak.
Wanda dan Ressy kini sedang harap-harap cemas karena Calista belum datang padahal waktu sudah memasuki pukul delapan kurang di tambah Abib dan Ari yang sedang mencari sapu pun belum kembali.
"Calista ga masuk apa gimana sih?" Ressy berbicara. Saat ini Wanda dan Ressy dengan duduk di bangku yang sama tidak lagi memperdulikan dimana tempat mereka masing-masing dan dengan siapa mereka duduk.
Guru saja tidak ada, untuk apa tertib.
"Telambat kali, tunggu depan aja yuk." Wanda mengiyakan ucapan Ressy, mereka berdua keluar kelas dan berdiri di pembatas besi. Memandang banyak orang yang berlalu lalang di lapangan dan setiap koridor.
Sekolahnya sudah tidak setertib awal."Gini, nih, kalo sekolah tinggal nunggu kenaikan kelas doang."
"Iya, santai banget." Wanda membalas ucapan Ressy.
Ressy membalikan badan dari yang menatap lapangan kini menatap kelasnya, "Kenapa ga di liburin aja, terus masuk tinggal ambil rapot."
Wanda masih memperhatikan lapangan yang semakin lama semakin ramai, "Di kira sekolah milik nenek buyut lo kali!" Ressy tertawa. Humor mereka memang receh terlebih Ressy, batu diam saja bisa di ketawakan.
Mereka diam. Ressy yang memandang teman sekelasnya yang satu demi satu keluar kelas untuk turun atau berdiri di pembatas seperti dirinya. Wanda yang masih memperhatikan keadaan lapangan sudah penuh seperti antrian bantuan sosial.
"Ada apaan sih, rame banget." Wanda mengangkat bahu acuh. Ia mengambil ponselnya karena merasa ada getaran di sakunya.
Matanya membulat, mulutnya terbuka lebar ketika membuka pesan dari Alif. Wanda menepuk pundak Ressy kuat membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Apaan sih, nyet!" tanya Ressy kesal.
Wanda menatap Ressy masih dengan wajah kagetnya, "Turun, ada Kak Tasya dan temen-temennya"
Cpt turun! Tasya sama temn²nya mau nyidang satu sekolhan soal gosip sama pembullyan Lista!
☁
Tasya, Naya, Restu, Jupiter dan Valen saat ini sudah ada di tengah-tengah lapangan yang di kelilingi oleh siswa siswi SMA Cahaya Bintang. Mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Ada juga yang melihat mereka dari lantai atas sebab malas turun atau malas bertubrukan.
Bisik-bisik dari siswa siswi di sekelilingnya membuat amarah Tasya semakin menjadi lantaran gosip jika dirinya gila menjadi tranding satu di sekolahnya. Dan karena gosip murahan inilah adiknya yang harus menanggung akibatnya.
Tasya menatap sekeliling dengan tajam. Sebelum dirinya berani seperti ini tentu saja Naya dan Restu sudah izin terlebih dahulu pada kepala sekolah. Awalnya tidak di izinkan karena pasti akan ada keributan tapi dengan keajaiban kartu gold seperti milik Calista semua berjalan lancar.
"Tanpa banyak basa basi gue selaku alumni sini mau nanya sama kalian siapa yang udah nyebarin rumor sampah kalo Tasya gila!" Jupiter memulai pembukaan dengan tegas tidak lagi memandang jika dirinya adalah kakak kelas.
Semua diam. Dari yang awalnya bising kini senyap dan hening bagai tidak ada orang. Entah takut kepada Jupiter atau pada Tasya yang sejak tadi hanya diam di samping Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...