Motor besar dengan warna hitam sudah terparkir di depan rumah Calista dengan begitu cantiknya di tambah dengan si pengendara yang menggunakan jaket kulit berwarna hitam pekat, sungguh, nikmat mana lagi yang kau dustakan ya Tuhan.
Sementara Calista di dalam rumah terburu-buru menuruni anak tangga bahkan gadis itu hampir saja terjatuh akibat kakinya sendiri. Jujur ia takut mamah atau papahnya tau jika dirinya di jemput oleh lelaki selain Abib, bisa tamat riwayatnya.
"Lista, makan dulu!" Kesya berteriak dari dapur saat telinga dan matanya menangkap pergerakan Calista yang terburu-buru seperti di kejar setan. Oh, ini lebih dari setan!
"Ga sempet, Mah! Aku piket!" teriakan melengking milik Calista memenuhi ruangan. Gadis itu benar-benar panik dan takut secara bersamaan jadi sebisa mungkin dirinya bergerak dengan cepat sebelum semuanya terbongkar.
"Hai, Gun!" sapa Calista pada Guntur yang sudah menunggu dirinya kurang lebih lima menit. Guntur tersenyum, lelaki itu langsung memberikan sebuah helm pada Calista dan di pakai dengan baik oleh gadis itu. Cepat-cepat Calista meminta Guntur untuk segera menjalankan motornya sebelum satpam yang menjaga di depan gerbang menyadari kehadirannya.
Akhirnya Calista bisa bernafas dengan lega ketika motor hitam ini sudah berjalan keluar komplek perumahannya.
Sekilas tentang Guntur, Guntur adalah anak IPA dengan ketampanan yang tidak kalah dengan Abib, hanya saja Guntur lebih pendiam dan tidak se-bar-bar Abib. Awal mula Calista dekat dengan Guntur adalah pada saat dirinya di suru keruang guru dan di sana mereka bertemu. Awalnya hanya bertegur sapa biasa, sampai pada suatu ketika Guntur menolongnya dari hadangan anak-anak nakal di seberang kompleknya pada saat dirinya ingin ke minimarket beberapa hari silam.
Sejak malam itu mereka saling bertukar nomor dan dari sanalah mereka dekat. Calista sengaja tidak bercerita pada siapapun termaksud pada Abib karena dirinya benar-bener ingin merasakan jatuh cinta lagi setelah tiga kali di buat jatuh oleh lelaki. Puncaknya kemarin, Calista mulai memantapkan hati dan menerima Guntur sebagai pacarnya.
Kapan? Pada saat mereka pulang bareng. Guntur sengaja mengajak Calista ke taman umum dan di sana lah Guntur menyatakan cintanya.
Taman tampak sepi, hanya ada segelintir anak kecil yang sedang bermain bersama beberapa teman sepantarannya dan tentu saja ada babysister yang megawasi mereka.
Guntur mengajak Calista duduk di bangku yang lokasinya cukup jauh dari jangkauan anak-anak tadi, mereka duduk dan keadaan sempat hening sebentar sebelum Guntur mengamit salah satu tangan Calista dan di genggamnya.
Calista hanya diam, gadis itu menatap bola mata Guntur dengan tatapan tanya yang begitu terlihat. Guntur menarik nafasnya beberapa kali sebelum memulai aksinya, "Lis, mau jadi pacar gue?"
Begitu saja? Tentu. Tidak ada adegan romantis seperti tokoh-tokoh novel yang ia baca. Bahkan Guntur tidak membawa apa-apa untuk di berikan padanya, sudahlah.
Calista mengangguk. Guntur tersenyum lalu mencium tangan Calista yang ada di genggamannya. Calista tersenyum senang di perlakukan semanis itu.
Motor yang di kendarai oleh Guntur memasuki area sekolah dan berhenti di tempat parkir khusus motor. Mereka berjalan saling meriringan dengan senyum canggung di masing-masing bibir keduanya.
Calista dan Guntur berhenti di depan kelas IPA 1. Guntur berbalik badan menghadap Calista, mengacak rambut gadis didepannya dengan gemas, "Aku masuk duluan, ya."
Calista masih tersipu di perlakukan semanis ini di ramainya keadaan koridor kelas XI.
"Hey?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
Teen FictionSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...