Langit malam menemani dua insan yang sedang di mabuk cinta. Rumput menjadi saksi jika mereka ada di satu tempat dan duduk bersebelahan dengan senyum yang di keluarkan oleh bibir mereka.
Abib memilih duduk di atas rumput bersebelahan dengan kekasihnya a.k.a teman kecilnya. Berbicara banyak hal mulai dari orang tuanya, pertemanannya, tahun ajaran baru sampai hubungan yang baru saja terjalin.
Tidak dapat di sangka jika hubungan mereka yang awalnya hanya teman yang saling menjaga kini menjadi dua orang yang saling mencintai.
Entah setan apa yang sudah merasuki pikiran serta hati Abib hingga membuat dirinya nekat merubah status pertemanannya menjadi sebuah status yang lebih berat lagi. Dan hal yang tidak di sangka datang dari Calista yang rupanya mau menerima dirinya.
Sebuah rencana Tuhan yang indah.
"Bib... Hati gue udah sering di permainin dan di sakitin sama banyaknya lelaki di luaran sana, gue cuma minta lo jangan kaya mereka yang ninggalin gue dengan berbagai alasan yang tidak wajar."
Calista dan Abib saling pandang, "Gue ga takut ngubah status kita, tapi yang gue takutin setelah lo lepas status teman kita jadi pacar, lo bakalan berubah seiring berjalannya waktu dan ninggalin gue-
"Lis..." Abib mengambil kedua tangan Calista untuk di genggam, menatap mata hitam gadis itu yang membuat hatinya berdesir hebat setiap kali menatap wajahnya.
"Gue janji ga akan nyakitin lo, Lis."Senyum Lista mengembang, "Buktiin, jangan cuma janji."
"Pasti, gue pasti bakalan buktiin sama lo kalo gue ga akan nyakitin lo."
"Cowo jaman sekarang kebanyakan ngobral janji, ya, besok juga tiba-tiba ngilang, tiba-tiba selingkuh." cibir Calista.
"Heh! Enak aja! Gue ga kaya gitu ya!" suara teriakan Abib yang tidak terima di cibir seperti itu membuat Calista terbahak. Dirinya geli sendiri dengan wajah Abib yang sejak dulu tidak berubah. Selalu imut dan mengemaskan.
Tangan Calista yang masih ada di genggaman Abib di tarik keatas untuk dirinya cium, mungkin kebiasaan baru yang akan dirinya dapatkan adalah Abib yang menciumi punggung tangannya.
"Lis, lo tau kan kalo Abi gue-
"Sebentar."
Calista membiarkan Abib menerima telepon entah dari siapa. Dirinya memandangi wajah Abib dari samping dan itu cukup membuatnya tersenyum. Abib memiliki angel yang menarik jika dari samping.
"Ini, Abib lagi sama Calista, Mi."
Calista menoleh saat namanya di sebut-sebut dalam obrolan Abib. Calista mencolek lengan Abib dan Abib menoleh, "Siapa?" katanya tanpa suara.
"Umi." jawab Abib mengikuti Calista, tanpa suara. Calista ber-oh-ria.
"Calistanya kemana, Bib?"
Kaget. Itu suara mamahnya. Calista langsung menoleh kembali rupanya Abib menyalakan pengeras suara.
"Di samping Abib, Tan."
"Listaaa!"
Calista bingung harus bicara apa saat mamahnya meneriaki namanya. Ia menatap Abib meminta pertolongan.
"Jawab aja." kata Abib lirih. Calista mengangguk dan mengambil ponsel Abib, di pengangnya di depan wajah.
"Kenapa, Mah?"
"Di telepon ga di angkat, kemana aja kamu!"
"Hpnya di kamar, Mah."
"Ini lagi dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [Selesai]
أدب المراهقينSeries # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan seperti Rolercoster. Tapi dari Cintalah kita tau sebesar apa dia memperjuangkan 'cinta'nya agar cinta itu...