FZ || Widia

1.1K 104 2
                                    

Tasya menghampiri Calista dan Abib yang masih berada di taman belakang rumahnya. Melihat kedua insan remaja itu nampak diam dan tidak bersemangat membuat Tasya merasa tidak tega.

Di dalam tadi Tasya di marahi habis-habisan oleh mamahnya karena membuat perintah seenaknya tanpa memikirkan perasaan adiknya. Naya dan tiga teman lainnya pun mengatakan hal yang sama dengan mamahnya.

Jadi setelah membiarkan otak dan hatinya bertarung. Tasya memutuskan untuk menghampiri keduanya.

Tasya mendekat namun sepertinya kedua insan itu belum menyadari akan kehadirannya mereka berdua,  masih sibuk pada fikiran mereka sendiri.

"Lis, Bib." panggil Tasya dengan jarak satu meter dari tempat Calista dan Abib duduk.

Mereka berdua menoleh secara bersamaan dan cukup terkejut kala melihat Tasya ada di depan mereka. Calista menelan ludahnya kasar tapi tidak dengan Abib, Abib sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Ke-kenapa, Kak" Calista terbata karena dirinya masih cukup kaget.

Tasya melangkah dua langkah mendekat pada dua remaja itu. Matanya menyorot Abib tapi tidak dengan tatapan tajam seperti tadi, kali ini lebih soft dan tenang.

"Gue tarik kata-kata gue."

Calista diam masih belum mengerti dengan alur pembicaraan kakaknya. Sedangkan Abib yang paham langsung bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat pada Tasya.

"Jadi maksud lo, lo biarin Calista tetep sama gue?"

Tasya mengangguk, "Dengan satu syarat."

"Apa?" kata Abib begitu bersemangat.

"Jangan sampe bikin ade gue nangis, lagi."

Abib melirik Calista dan Calista mengangguk, "Oke." final Abib.

Tasya mengangguk. Tidak ada senyum di wajahnya, wajahnya tetap datar dan tidak bersahabat.

"Masuk. Mama sama Naya lagi bikin mie." setelah mengucapkan itu Tasya kembali memasuki rumahnya meninggalkan Abib dan Calista.

Abib kembali pada Calista dan tersenyum. Lelaki itu mengamit tangan Calista dan membawa gadis itu masuk kedalam rumah.

Setelah berpamitan pada semua orang yang berada di dalam, Abib izin untuk pulang. Calista mengantar Abib sampai teras rumah. Gadis itu kembali memasuki rumahnya setelah melihat motor hijau milik Abib menghilang. Senyumnya tidak pernah lutur sejak tadi, ia merasa sangat bahagia saat ini.

Tasya dan Kesya yang melihat itu hanya bisa menahan senyumnya agar Calista tidak mengetahuinya. Mereka memahami apa yang tengah Calista rasakan, karena sejatihnya mereka telah merasakan itu terlebih dahulu.

"Aku langsung ke atas ya, semua." pamitnya dan tanpa menunggu jawaban gadis itu langsung melangkahkan kakinya menuju tangga untuk memasuki kamarnya.

Sampai di dalam kamar Calista memilih duduk di sisi ranjang. Matanya berkeliaran menjelajahi setiap sudut kamar yang dapat di bilang ramai. Kenapa? Karena banyak sekali foto-foto dirinya dengan teman-temannya termaksut Abib. Foto dirinya dan Abib lebih berdominasi karena foto keduanya yang sangat banyak.

Titik mata Calista berhenti di salah satu bingkai yang terduduk di atas meja riasnya. Itu foto dirinya dengan Ridzvano. Cepat-cepat ia mengalihkan matanya pada bingkai di sebalahnya yang mana itu foto dirinya dengan Abib ketika mereka sedang di salah satu tempat rekreasi.

Friend Zone [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang