=Bersama Juna=

417 92 10
                                    

JENAKA

-

-

-

-

=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

"Lo ngapain sih?!" Jena menatap Juna di hadapannya dengan pandangan sengit. Iya, Jena masih punya pikiran buat mengingat gimana waktu kejadian kemarin ketika Jena habis-habisan di hakimi oleh Santhi, Juna hanya diam saja tanpa berniat membantu Jena. Yah, apa yang bisa Jena harapin dari Juna? Jena benar-benar menolak lupa kalau saudara kembarnya itu memiliki tabiat cuek kelewatan.

"Segitu cintanya lo sama Dewa sampe-sampe lo jadiin dia orang pertama yang tahu isi hati lo selama ini?" Juna malah balik menatap Jena sengit.

"Apa urusan lo? Hak-hak gue buat mutusin siapa yang berhak gue jadiin curahan hati!"

"Tapi gue kakak lo, Jen! Kakak kandung lo! Saudara kembaran sedarah lo!" Juna menggertakkan giginya rapat-rapat. Demi apapun kemarin dirinya cemburu melihat Jena bercurah hati pada Dewa, bukan cemburu dalam konteks cinta, melainkan hubungan kekeluargaan.

Dewa yang hubungannya dengan Jena masih tidak jelas itu justru dipercayai Jena sebagai orang pertama yang tahu keluh kesah Jena selama ini. Sementara dirinya? Ah, harusnya Juna sadar selama ini dia terlalu mengabaikan Jena hingga semakin hari adiknya itu semakin jauh darinya.

Juna sempat memergoki Jena dan Dewa ketika di rooftop berdua. Hal itu terjadi ketika Juna tidak sengaja melihat Dewa yang tergesa-gesa menuju ke atap sekolah dengan wajah panik. Karena penasaran, tanpa berpikir panjang Juna mengikutinya. Benar saja, di sana Juna melihat semuanya. Semuanya hal menyakitkan yang selama ini sama sekali belum pernah Juna ketahui. Beban masalah yang ada pada hati Jena. Hingga rasa traumanya sang adik ketika masih duduk di bangku SMP.

Jena tersenyum sinis, "saudara sedarah lo bilang?" Jena membuang mukanya, lalu kembali menatap Juna dengan pandangan yang tidak kalah sengit dari sebelumnya. "Saudara sedarah yang ngganggep gue kayak orang asing, gitu maksud lo?"

Hati Juna mencelos, "Dewa juga orang asing asal lo tahu, Jen!"

"Tapi dia nggak kayak lo! Lo yang bisanya ngatur, dan sok yang lebih hebat!"

Juna memegang kedua bahu Jena yang terasa merosot saking banyaknya beban di sana, "lo bisa cerita ke gue, Jen! Kenapa selama ini lo nyimpen semua masalah lo itu sendiri?!"

JENAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang