=Perkelahian=

448 85 11
                                    

JENAKA

-

-

-

-

=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====


Sepulang menjenguk mamanya Vellicya di rumah sakit, Dewa bergegas membersihkan diri lalu istirhat. Hari ini Dewa capek fisik, capek hati. Bagaimana tidak, pulang sekolah harus dikintilin Vellicya terus diajak ke rumah sakit buat menjenguk mamanya. Lalu sesampainya di rumah sakit, Ami terus-terusan bertanya pasal hubungannya dengan Vellicya. Hell, Dewa benar-benar tidak ada apa-apa dengan Vellicya.

Dan lagi yang membuat Dewa capek hati. Ami terus-terusan membujuk Dewa untuk berpacaran dengan Vellicya. Jelas-jelas Dewa sudah muak dengan pembahasan ini, gilanya lagi Ami sampai ngalor ngidul membahas masa depan Dewa dan Vellicya sampai membahas pertunangan segala. Gila memang! Dewa sama sekali belum siap memikirkan hal itu. Masa depannya masih panjang. Soal perasaannya dengan Vellicya, ah, Dewa belum bisa mendefinisikannya. Yang jelas Dewa tidak sebergemuruh dulu saat pertama kali menyukai Vellicya.

Dewa merebahkan tubuhnya ke ranjang bermotif monokrom miliknya. Pandangan Dewa lalu tertuju pada standing calendar yang ada di atas nakas. Dewa yang semula terlentang, sekarang beranjak duduk dan merin standing calendar miliknya.

Dewa ingat betul, tanggal di mana kontrak gila itu berlangsung. Dan saat Dewa hitung dari hari itu sampai hari ini, terhitung 29 hari berlalu. Yang artinya 71 hari lagi Dewa terbebas dari Jena. Hah, benar-benar ya. Rasanya baru kemarin Dewa bertemu dengan Jena. Dan hari berlalu secepat kilat.

Mengingat janjinya pada Jena, di mana dirinya akan membantu cewek itu untuk menemukan bukti terkait tuduhan yang dilayangkan mamanya Jena. Dewa tidak habis pikir, mengapa waktu itu dengan mantannya dia mengatakan akan membantu cewek itu. Tidak ada keraguan sama sekali.

Ternyata kehidupan Jena lebih rumit dari yang Dewa kira. Sebenarnya Dewa dan Jena juga tidak ada bedanya, sama-sama terluka karena keluarga. Bedanya, Jena masih memiliki orangtua yang utuh, namun kasih sayang tidak pernah dia rasakan seutuhnya. Sementara Dewa, pernah mendapat kasih sayang yang besar saat ayahnya masih hidup. Namun hal itu lenyap ketika sang ayah pergi untuk selamanya sementara mamanya malah meninggalkannya pergi ke luar negeri demi bisnis. Lama Dewa menunggu kembalinya sang mama, di saat mamanya akan kembali, yang Dewa dapati adalah kabar pernikahannya dengan laki-laki lain.

Jika selama ini Dewa menyembunyikan lukanya dengan sikap dinginnya, beda dengan Jena yang berlaku urakan. Ah, sekarang Dewa paham, mungkinkah Jena bersikap seperti karena cewek itu tidak ingin ada yang memandangnya lemah?

Dewa tersenyum tipis, membayangkan betapa tegarnya Jena selama ini. Menutupi lukanya dengan bersikap absurd setiap harinya. Apa dia tidak lelah?

JENAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang