=Hari-hari tanpamu=

400 72 8
                                    

JENAKA

-

-

-

-

=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

Waktu berlalu begitu saja, berjalan begitu datar, tidak ada yang spesial sama sekali. Dewa menjalani harinya tanpa minat.

Perubahan sikap Dewa yang cenderung murung dan lebih pendiam itu disadari oleh Wisnu. Awalnya Wisnu mengira Dewa seperti itu karena masalahnya dengan sang mama atau masalahnya mengenai kecurangan yang pernah Wisnu lakukan agar Dewa bisa meraih posisi sebagai ketua OSIS.

Maka dari itu, Wisnu menyerahkannya pada Dewa, jika cowok itu ingin berhenti dari jabatannya sebagai ketua OSIS, Wisnu mengijinkannya. Tentu saja Dewa langsung menyetujuinya, ia melepas posisinya itu dan kembali fokus  belajar.

Wisnu pikir dengan dia menyutujui keinginan Dewa yang mengundurkan diri dari jabatannya, cucunya itu akan kembali seperti semula, tak kehilangan semangat juga tawanya. Namun yang terjadi Dewa masih enggan keluar dari sangkarnya. Dewa jadi semakin murung dan gila belajar. Sehari-hari cucunya itu banyak menghabiskan waktunya di kamar.

Dewa berjalan menyusuri koridor dengan pandangan kosong. Beberapa kali bahunya menubruk para siswa yang padahal jalannya sudah di pinggiran.

“Kenapa sih tuh mantan ketos, jadi dingin banget! Main nabrak-nabrak nggak minta maaf lagi!” gerutu salah satu siswi yang pundaknya tadi ditabrak oleh Dewa. Sementara Dewa main melenggang tanpa merasa bersalah.

“Nggak tau juga. Ada dua kemungkinan, yang pertama dia stress gara-gara ngundurin diri dari jabatan dan ngaku atas manipulasi yang dulu dilakukan kakeknya mengenai voting suara. Dan yang kedua karena ditinggal Jena.”

“Gue ragu kalo sama kemungkinan yang kedua. Masa iya Dewa jadi gitu cuma gara-gara ditinggal sama si Jena?”

“Ya bisa aja, kan? Selama ini mereka pernah deket banget sampe ke mana-mana Jena selalu ngintilin dia. Lo nggak liat kemaren Dewa lebih bela Vellicya ketimbang Jena? Dan setelah tau kebenarannya, si Dewa kayak nyesel gitu, mungkin aja dia merasa bersalah dan sedih ditinggal Jena.”

“Bener juga sih. Lagian jahat banget si Vellicya sampe nuduh Jena gitu. Gue jadi Jena sih kesel banget pengen gue cakar tuh mukanya si Vellicya.”

“Tuh tuh yang lo omongin dateng!” siswi yang sedang melakukan perghibahan itu heboh ketika mendapati Vellicya tengah berjalan seorang diri di koridor.

“Gimana mbak setelah berhasil nendang rival keluar dari sekolah? Seneng ya? Sekarang nggak ada yang gangguin lo sama mas mantan ketos? Tapi sayangnya cara lo kotor mbak, lebih kotor dari sampah.”

JENAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang