=Malam terakhir=

430 92 4
                                    

Sorry banget telat, aku ketiduran tadi hehe. Tolong bacanya jangan diresapi, skip aja adegan yang ga penting;)

⚠Warning di sini ada scene 16+ ya! Aku gemeteran waktu nulis ini. Itu sebabnya aku nebak umur kalian di part kemarin. Takutnya kalo yang baca di sini masih anak-anak PAUD. Eh tapi bukan dewasa ya ヽ(^。^)丿⚠

JENAKA

-

-

-

-

=====

Kanya berjalan tergesa menuju ruang rawat Vellicya. Kedatangannya kw sini ingin memberi kabar buruk terkait terbongkarnya kejahatan Vellicya. Baru saja Kanya memegang knop pintu, seseorang lebih dulu mendobrak pintu itu dengan kasar.

Dewa pelakunya. Cowok itu datang dengan aura menyeramkan. Terlihat jelas gurat kemarahannya.

Seolah buta, Vellicya malah tersenyum melihat kehadiran Dewa yang tengah diselimuti emosi itu. "Dewa, lo ke sini?" tanyanya girang.

"Nggak usah sok polos lo, Vell! Lo nggak cuma ular, tapi iblis!" lontar Dewa sengit.

"Wa, a-apa maksud lo? Gue nggak ngerti?"

Dewa memalingkan wajahnya seraya tersenyum sinis, "bodohnya gue sempet percaya sama muka polos penuh muslihat itu."

Vellicya semakin tercengang, lalu pandangannya beralih pada Kanya yang tengah berdiri ketakutan di ambang pintu sambil mencrengkram erat tali ranselnya. Vellicya menatap Kanya dengan penuh tanda tanya. Dan Kanya merespon dengan gelengan penuh kepanikan.

"Kenapa, Vell? Kenapa lo ngelakuin itu ke Jena? Lo kecewa karena gue lebih deket sama dia? Lo marah?"

"Wa, g-gue-"

"Lo tau akibat dari ulah lo ini? Jena terancam dikeluarkan dari sekolah, setelah kebenarannya terungkap, Jena tetep mau pindah, Vell. Lo seneng kan?!"

"Wa! Gue lagi sakit! Kenapa lo malah marah-marah sama gue?"

"Sakit?" Dewa memiringkan kepalanya, selanjutnya ia menendang kasar meja yang ada di depan sofa dekat ranjang brankar Vellicya. Hal itu sontak membuat Vellicya terlonjak di tempatnya. "Sakit yang lo buat-buat maksud lo?!" sekali lagi, kali ini Dewa menendang kaki ranjang Vellicya. Sungguh kejolak emosi Dewa kini telah menyelimuti jiwanya. Ia tak bisa mengendalikan kemarahannya.

Sempat beringsut, Vellicya kini berubah angkuh. "Bagus dong kalo Jena beneran pindah. Emang itu yang gue mau! Dengan begitu nggak akan yang deketin lo lagi selain gue!"

"Gue nggak akan sudi lagi deket sama lo!"

"Kenapa?" Vellicya mengangkat sebelah alisnya seraya bersedekap, "apa karena Jena?" sudut bibirnya tersenyum sinis, "kemaren malem dia ke sini lagi buat nyari hpnya yang katanya jatoh di sini. Terus dia bilang sama gue kalo dia nggak bakal deketin lo lagi, dan dia nyinggung soal kontrak. Ternyata dia selicik itu ya, ngancam lo dengan kontrak gila agar kalian terikat. Tapi akhirnya juga dia bilang bakal lepasin kontrak itu karena dia bilang mau nyerah sama lo. Awalnya sih gue nggak tau kalo dia beneran mau pindah, eh ternyata beneran mau pindah. Seneng banget gue. Mungkin karena dia udah capek karena lo nggak kunjung bales perasaannya. Lo juga seneng kan? Karena akhirnya bisa terlepas dari cewek gila kayak dia."

JENAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang