Baca aja dulu, soal Vomment piker keri ;v kalo suka silahkan lanjutkan kalo nggak suka silahkan tinggalkan. Hidup jangan dibuat susah hehe ;)
#LS ke-2
Dewa tidak pernah menyangka dia akan berurusan dengan Jena, cewek urakan yang gemar melanggar pera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
=====
Jena sudah mengirim banyak pesan pada Dewa. Namun tidak ada tanda-tanda Dewa membalas pesannya. Jangankan membalas, membacanya saja tidak dilakukan Dewa. Sudah berulang kali juga Jena menelfonny, namun berakhir di-reject oleh cowok itu. Jelas-jelas Dewa tengah online, namun dengan teganya Dewa mengabaikan semua pesan Jena.
“Apa kesalahan gue terlalu fatal ya?” monolog Jena merasa frustasi. Namun seketika pemikiran yang tidak-tidak malah meracuni otak Jena, “apa jangan-jangan Dewa sengaja ngejauh? Padahal kan gue udah minta maaf. Dan tentang masalahnya sama Jamilah yang berkaitan sama posisinya sebagai ketua OSIS juga nggak nyebar-nyebar ke mana tuh. Ya lagian kan sebenernya apa yang gue lakuin juga nggak ada salahnya kalo dipikir-pikir, harusnya yang malu di sini Jamilah dong, bukan Dewa. Jelas-jelas tuh cewek pernah nolak Dewa, giliran Dewa udah jadi ketua OSIS, baru deh dia mulai sukaJamil Dewa. Kan aneh kalo Dewa yang malu, harusnya si Jamilah dong!”
Jena malah melanjutkan aksinya mengobrol dengan dirinya sendiri. Mengeluarkan semua unek-uneknya, berpikir kalau yang dia lakukan tadi pagi sama sekali tidak ada salahnya. Tentu saja tujuan Jena hanya untuk menampar Vellicya biar cewek itu sadar kalau dirinya pernah nyakitin Dewa. Tapi..., ah sudahlah mending besok saja Jena menemui Dewa langsung.
👶👶👶
Jena berjalan menuju ruang makan, sesampainya di sana Jena hanya menemukan Juna yang tengah sarapan dengan beberapa keping roti yang diolesi dengan selai coklat.
“Papa sama Mama udah berangkat?” tanya Jena yang tidak mendapati kedua orangtuanya di sana. Lalu Jena mengambil duduk di seberang Juna selanjutnya meneguk segelas susu yang ada di hadapannya.
“Udah tadi, papa ada meeting pagi, sementara mama mau mantau butiknya,” balas Juna yang sibuk mengolesi rotinya dengan selai tanpa menoleh ke arah Jena.
Jena mengangguk, “lalu gimana kasus butiknya mama? Udah diselesein, pelakunya udah mendapat keadilan?”
“Yang gue denger dari percakapan mama sama papa tadi sih katanya kakaknya Zara dan kaki tangannya di amankan, belum tahu keputusan pengadilan apakah mereka akan ditahan atau tidak.”
“Sebenernya gue kasihan juga sih sama Zara, dia pasti terpukul melihat kelakuan kakaknya itu. Tapi mau gimana lagi, si mbak Bianca itu emang keterlaluan banget.”
“Kabarnya juga, kakaknya Zara itu sebelumnya juga udah pernah di penjara dua kali. Yang pertama atas kasus prostitusi, dan yang kedua kasus penggelapan dana di butik mama,” papar Juna yang membuat Jena terkejut.