JENAKA [Completed]

=Saudara=

Masih ada orang di sini? Nggak ada ya? ;(

Maaf melenceng gak up di jum'at sama minggu kamaren, ada sedikit problem.

JENAKA

-

-

-

-

=====

Darel mengernyit menatap Dewa yang kini memasuki rumah dengan wajah tanpa dosa, nyelonong seenaknya.

“BIBI ADA MALING NIH!” teriak Darel yang membuat Dewa berhenti dan mendelik ke arahnya.

“Mana! mana den mana?! Biar bibi sambit!” bi Siti datang membawa alat penggoreng sembari berteriak heboh.

Darel menggerakkan dagunya ke arah Dewa yang berdiri di dekat aquarium besar, sementara Darel tengah bersantai duduk di ruang keluarga dengan televisi yang menyala.

“Owalah! Den Darel ini bikin jantung bi Siti dangdutan aja. Jangan gitu ah, masa adek sendiri dibilang maling!” tegur bi Siti seraya menghampiri Dewa dan hendak mengambil tas cowok itu dari tangannya. “Sini den Dewa, tasnya biar bibi yang bawain.”

Namun secepat kilat Dewa menghindar, “nggak usah, aku punya tangan sendiri,” tukasnya dingin lalu beranjak menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Darel mengamati pergerakkan Dewa sejak menaiki anak tangga hingga tubuhnya ditelan oleh pintu kamarnya. “Nakal!” tukasnya seraya menggelengkan kepala.

👶👶👶

“Nenek! Ini gimana caranya nyemplungin ikannya?!” Jena berteriak heboh ketika minyak panas di wajan mulai mengeluarkan suara gemuruh yang membuat Jena merinding ketika membayangkan minyak panas itu mengenai kulitnya. “Kasian banget ikannya, pasti kesakitan banget kalo sampe masuk ke situ,” Jena menapat ikan-ikan yang telah dibaluti bumbu.

Asri datang ke dapur dengan terburu-buru ketika mendengar teriakan menggelegar sang cucu. Padahal saat itu dirinya tengah merajut, tapi Jena malah menghancurkan fokusnya.

“Kenopo toh, nduk awakmu teriak-teriak? Emang ono maling?” Asri mendekat ke arah Jena dan langsung terkejut melihat apa yang dilakukan sang cucu. Tawanya langsung meledak. “Heh! Kamu ngapain, Jena?! Iku ikannya kenapa dibungkus pake tissu?”