=Pernyataan=

306 72 9
                                    

JENAKA

-

-

-

-

=====

Jena merasa jantungnya berdebar tiga kali lipat dari biasanya. Dewa kini tengah menatapnya dengan pandangan yang sangat sulit diartikan. Perlahan Jena mengambil nafas dalam, lalu memasokkan udara sebanyak-banyak ke dalam paru-parunya.

“Wa,” Jena mulai bersuara dengan sangat lirih, sementara Dewa mulai was-was karena Jena terlihat serius, terlebih kalau sudah memanggil namanya Dewa dengan benar, tidak panggilan nyeleneh yang biasanya Jena layangkan. “Lo tahu kan, Wa? Lo adalah orang pertama yang tahu soal masalah gue di masa lalu. Gimana gue-”

“Jen, please. To the point aja, gue males kalo lo bertele-tele!” gertak Dewa membuat Jena menatapnya sayu.

“Wa, gimana kalo gue suka sama lo?”

Sudah Dewa duga.

Sudah Dewa terka.

Sudah Dewa perkirakan.

Hari ini pasti terjadi.

Sorry, Jen-”

“Gue nggak minta jawaban lo, kok. Gue cuma pengen ngasih tau aja soal perasaan gue. Lo nggak usah pusing mikirin ngasih jawaban,” Jena berkata tanpa bernapas, bahkan dadanya sudah bergemuruh, “dan sekarang gue udah lega, akhirnya gue berhasil ngungkapin perasaan gue yang selama ini terasa sesak karena terus-terusan gue pendam.”

Dewa terlihat membuang nafas dengan teratur, tangannya terulur untuk mengusap kasar wajahnya sendiri. “Dari awal udah pernah gue peringatin kan, Jen? Lo nggak-”

“Gue juga nggak mau, Wa! Tapi perasaan ini muncul sendiri. Gue nggak bisa ngelak!”

“Dan lo nggak lupa syarat gue waktu lo ngelayangin kontrak gila itu, kan?”

Rasanya ada yang tengah meremas hati Jena. Bukan hanya hatinya, telinganya juga merespon panas oleh pertanyaan Dewa barusan.

“Ngejauh dari lo kalo udah 100 hari nanti,” tukas Jena lirih, bahkan terlihat lemah.

Dewa mengangguk, lantas berlalu dari hadapan Jena. Meninggalkan Jena yang menangis dalam hati, dengan kakinya yang terpaku di pijakannya. Badannya lemas, Dewa sama sekali tidak menjawab atas pernyataan perasaannya. Dan itu sesuai kemauan Jena. Jena tidak ingin mendengar hal menyakitkan yang akan keluar dari mulut Dewa. Tentu saja, berupa penolakan. Jena tidak siap.

JENAKA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang