[3] KEADAAN SIAL

862 28 1
                                    

"Sial itu adalah kegagalan, gagal dalam menjalani masalah, bahkan masalah yang tak kunjung selesai"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial itu adalah kegagalan, gagal dalam menjalani masalah, bahkan masalah yang tak kunjung selesai"

Azelina yang sudah selesai pada persiapannya, membawa Luna keluar untuk bergegas berangkat. Azelina yang tengah mengendarai motornya bersama Luna di belakang terhentikan oleh jalan yang macet.

Puluhan hampir ratusan kendaraan terjebak pada jalan kota, Azelina yang sangat kesal pada tiang lampu merah mengklakson mobil di depan. Tatapan mata mengarah pada kedua Wanita tersebut, karena merasa di lihat seperti itu, Azelina membalas tatapan semuanya dengan pelototan, entah itu Tua atau Muda.

Sesampainya Azelina dan Luna pada tempat tujuan, acara sudah bermulai saat kemacetan menghambat keduanya. Azelina yang melihat wajahnya sedikit kusam, segera mengambil bedak untuk menutupi kulit kering itu.

"Cepetan Zel, ini udah mulai acaranya," ucap Luna yang sudah 'tak sabaran masuk kedalam ruangan yang ribut tersebut.

"Lo duluan aja, gue masih sibuk nih," ujar Azelina yang masih fokus pada wajahnya, dan membiarkan Luna mendahuluinya.

Luna berjalan meninggalkan Azelina, ia yang sudah merasa terpanggil pada suasana itu membiarkan Azelina yang sibuk dengan wajahnya.

Azelina yang sudah selesai menggunakan peralatan make up nya, menyimpannya ke dalam tas yang tergantung di bahunya.

Dengan mata yang terarah ke bawah, seseorang mendekat dan berdiri di depan Azelina, tanpa melihat saja Azelina sudah merasakan ada yang datang.

"Jadi lo Azelina itu, yang terkenal sebagai gadis malam? Gak pantas sih di panggil gadis, sejelasnya kan udah gak perawan."

Mendengar suara itu membuat Azelina mendongakkan kepalanya. Ia melirik ke seorang Pria itu dengan ekspresi wajah dingin, sekiranya dapat menyegarkan Pria tersebut dari kata-kata pedasnya.

"Gue kira orang seperti lo tajir," Pria tersebut terdiam sejenak, "Ternyata masih pake motor, jangan-jangan miskin lagi," lanjutnya.

Azelina tersenyum tipis, untuk saat ini ia tetap menghargai kritikkan Pria tersebut, tapi jika sudah berlebihan, Azelina harus mengambil tindakkan kasar.

"Sorry, gue tau kok lo tuh tukang parkir di sini, makanya omongan lo suka maju mundur," timpal Azelina dengan senyum yang sangat-sangat licik, tak jarang senyum seperti itu ia keluarkan, bahkan di malam-malam seperti ini.

"Cihh," lirih Pria tersebut, "Sok kenal, biadab." Pria itu masuk ke dalam.

Tentu saja Azelina risih dengannya, pasalnya Pria itu terlihat asing di mata Azelina. Sekian beberapa Pria yang pernah di cumbui Azelina, ia baru pertama kalinya bertemu Pria sejulid itu.

Azelina segera masuk melalui pintu ruangan tersebut, aroma bir yang menyengat membuat hidung Azelina serasa tergoda, di tambah dengan alunan musik yang membuat gendang telinganya menari-nari.

Luna yang sudah terlihat sedang duduk bersama beberapa kawanan Prianya, seketika membuat Azelina berjalan mengarah ke perkumpulan Luna.

Ia di sambut dengan ramai oleh kerumunan tempat tersebut, terutama pada wanita serupa dirinya yang juga pekerja malam.

"Ini nih bintang tamu kita, udah berapa lama sih gak ketemu," sorak salah satu Pria yang sedang duduk menyebelahi Luna, tentu saja Azelina mengenal semua orang di tempat tersebut.

"Ya ampun rindu banget sama kalian, kapan lagi tau kita ngumpul kek gini," ujar Azelina yang segera duduk di sebelah Luna.

Keadaan semakin ramai, di tambah dengan beberapa botol bir yang tersaji di setiap meja tamu. Azelina yang sudah terasa cukup mabuk itu, sesegera mungkin menghentikan aksinya.

Kursi yang semula di penuhi oleh anak-anak lainnya, kini menjadi kosong karena semuanya tengah asik menari mendekati panggung. Menyisakan Luna dan Azelina yang sedang berjoget di tempat, bersama teriakkan seolah-olah menikmati keadaan.

Seorang Pria menghampiri dua Wanita tersebut. Wajahnya tak begitu asing di mata Azelina, sehingga dengan lancang Azelina menunjuk Pria tersebut.

"LUNA, LIHAT DEH, DIA COWOK SATU-SATUNYA YANG BILANG GUE PELACUR MISKINN!"

Azelina menunjuk pada Pria tersebut, berusaha menjelaskanya pada Luna tentang Pria itu yang kini tengah tersenyum licik.

"HAH, GUE GAK DENGER ZELL!"

Luna yang sudah mabuk kepayang itu mengacuhkan Azelina dan tetap berjoget di kursinya. Sedangkan Azelina menatap sinis pada mata Pria tersebut, walaupun ia dalam keadaan mabuk sekalipun.

"Gue kira pelacur kek lo punya harga diri, ternyata diri lo aja gak berharga, makanya gak ada yang ngehargain lo kecuali klien lo," maki Pria tersebut yang ikut duduk di sebelah Azelina.

Dengan tatapan yang terayun-ayun, Azelina tertawa pecah di suasana itu, sehingga membuat Pria tersebut semakin siap mencaci maki Azelina.

"LO KENAPA SIH, SUKA BANGET NGATUR HIDUP ORANG, EMANGNYA HIDUP LO UDAH TERATUR, NGOMONG AJA MASIH NYOLOT!"

Karena tak mau kalah, Azelina menertawakan Pria tersebut dengan ucapan yang keras. Pria itu mengeluarkan ponselnya, ia merekam Azelina dengan kamera belakang ponselnya.

"Video ini bakal gue kirim ke sosmed, biar semua orang tau, cantik belum tentu kehidupannya bagus, bisa jadi buruk macam lo," timpal Pria itu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

"MAKASIH UDAH MUJI GUE CANTIK, TAPI INGAT, GUE GAK BAKAL BALIK MUJI LO UNTUK BILANG TAMPAN, WAJAH KEK MONYET AJA BANGGA, APALAGI KEK GORILA!"

Mendengar perkataan Azelina, Pria tersebut berbalik meninggalkanya. Mungkin Pria itu menyerah untuk mencaci maki Azelina, tapi malam ini juga rekaman tadi akan ia sebarkan, bagaimanapun caranya.

♧♧♧

Acara sudah selesai, Luna yang sebelumnya tertidur di tempat seketika terbangun dengan sadar. Azelina yang masih dalam keadaan mabuk segera di tarik Luna untuk di bawa pulang.

"Berapa botol sih yang lo minum, ini udah jam 2 malam, lo belum sadar-sadar juga," celetuk Luna menggeleng-gelengkan kepalanya.

Luna pasrah, kali ini ia akan memboncengi Azelina walau kepalanya masih terasa pusing. Berbeda dengan Azelina yang telah larut pada dunia imajinasi, masih menari-nari walaupun ia duduk di jok motornya, tepat di belakang Luna.

Tak terasa, keduanya tiba di depan asrama, tempat tinggal mereka. Luna memarkirkan motor Azelina, setelahnya membawa Wanita tersebut untuk kembali ke kamarnya.

"Luna, kunci-motor-gue-jangan-lo-pungut, simpen-di-meja," pinta Azelina yang sudah terbaring di kasurnya.

Luna menghela nafasnya, untuk saat ini ia menuruti permintaan Azelina. Setelahnya ia kembali ke kamarnya yang cukup jauh dari Azelina.

Azelina yang masih merasa pandangannya menari-nari, segera menggeleng-gelengkan kepalanya, walaupun percuma ia tetap saja melakukannya.

Terlintas di pikirannya pada sosok Pria yang ia temui tadi di acara. Wajah Pria itu terngiang-ngiang di pikiran Azelina, berkali-kali Azelina berusaha membuangnya, namun wajah itu tetap lekat di sana.

"Dasar-cowok-aneh, awas-aja-kalo-ketemu, gue-sunatin-untuk-kedua-kalinya, kalau-perlu-gue-potong-sekalian, hahahaha!"

Setelah mengucapkan perkataannya, Azelina merasa damai dalam pikirannya. Ia yang sudah menutup matanya, terlelap dan tertidur di kasur itu.

♧♧♧
BERSAMBUNG
(gak tau mau ngomong apa,"

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang