[8] MAU GAK?

682 23 0
                                    

"Seperti perlombaan, antara menang dan kalah pemain harus siap menerima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Seperti perlombaan, antara menang dan kalah pemain harus siap menerima. Begitu pula dengan perasaan, terima atau menolaknya"

Jam dinding sudah menunjuk ke arah malam hari, mata Azelina berkaca-kaca karena 'tak bisa tidur. Sesekali ia melirik ke arah ponselnya, membuka sosial media yang tidak jelas, bahkan membuka kamera guna melihat kondisi wajahnya.

Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi panggilan dari nomor yang tidak di kenal. Dengan malas Azelina mengangkat telepon tersebut.

"Halo," sapa Azelina guna membuka suara terlebih dahulu.

Tiada jawaban yang membalas sapaan Azelina, dengan helaan nafas kesalnya, Azelina memutuskan sambungan telepon tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Azelina melempar ponselnya ke sembarang arah. Lagi-lagi nada dering adanya panggilan terdengar dari ponsel Azelina. Seketika Wanita itu berdecak sebal dan kembali mengangkat telepon itu.

"Siapa sih, malam-malam gini nelpon gak jelas," bentak Azelina meluapkan amarahnya pada sang penelpon.

"Jadi lo marah, baru tau gue pelacur juga bisa marah," jawab penelpon tersebut dengan nada yang tidak asing dari indera pendengaran Azelina.

"Lebih gila lo, malam-malam gini nelpon pelacur," cerca Azelina menghela nafas kesalnya pada penelpon tersebut yakni Alvino.

"Siapa yang nelpon lo, ngarep banget jadi orang," balas Alvino 'tak mau kalah dengan Azelina.

Tanpa basa basi, Azelina mematikan panggilan tersebut, sekaligus mematikan ponselnya. Wanita itu segera menutup mata untuk tidur, membiarkan ponselnya mati dan hening.

♧♧♧

Sekolah sudah kian ramai semenjak istirahat bermulai. Azelina yang sedang berjalan dari toilet itu 'tak sengaja berpapasan kembali dengan Alvino.

"Tiap hari gue selalu ketemu lo, lo naksir ya sama gue?" tanya Azelina dengan kepercayaan diri yang begitu besar, sembari jemarinya mengibas-ibaskan rambutnya.

"Sok banget jadi manusia, minggir gue mau kencing." Alvino menabrak tubuh Azelina dengan bahu nya. Pria itu masuk ke dalam toilet siswa yang berada di samping toilet siswi.

Azelina menyenderkan tubuhnya di tembok. Menunggu Alvino keluar dari pintu toilet tersebut. Kali ini Azelina harus beriringan dengan Pria tersebut, bagaimanapun caranya.

Alvino keluar dengan wajah yang sedikit terbasahi oleh air yang bening. Kulitnya seakan terlihat lebih segar dari yang Azelina duga, bahkan melihat alis mata nya yang pekat saja sudah membuat Azelina luluh.

"Lo pake skincare apaan sih, muka lo putih merona tau," puji Azelina 'tak henti menatap wajah Pria tersebut.

Alvino bergegas pergi meninggalkan Azelina yang kini tengah berjalan menuntunnya dari belakang. Pria itu terlihat perfect jika di pandang dengan fisik, namun akan lebih bagus lagi jika ia memiliki sikap yang baik.

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang