[26] JANJI SEBUAH TEMAN

324 13 1
                                    

"Menurutku, teman itu seperti sebuah contekkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Menurutku, teman itu seperti sebuah contekkan. Hal yang kita butuhkan di saat otak susah berpikir. Terkadang dengan jawaban benar, dan juga dengan jawaban yang salah"


Tubuh Azelina menggigil. Ia menyembunyikan suluruh tubuhnya di dalam selimut sutra yang terasa hangat, kecuali leher hingga kepala yang masih memantau keadaan sekitar.

Dari sore tadi, cuaca hujan masih berlanjut. Menambah suasana malam hari semakin gelap, tanpa rembulan dan bintang yang bercahaya di atas langit.

Semenjak kepergian Alvino sore tadi, Azelina merasa sepi di tempat. Ponselnya masih menyala di sebelah bantal. Mendengar gemuruh petir yang terdengar keras, membuat Azelina merasa tidak nyaman dengan keadaan.

Cetarrrr...

Suara petir terdengar sangat nyaring di atas genteng asrama. Jelas membuat Azelina reflek terkejut, bahkan menjerit ketakutan. Dengan memaksakan diri, Azelina menutup matanya untuk tidur. Jelas itu akan menyiksa batinnya, sementara gemuruh petir terus menerus membanguni Azelina.

Merasa tidak nyaman di dalam ruangannya, Azelina beranjak keluar menuju ke ruangan Luna. Setidaknya mendapat teman untuk di ajak mengobrol, walaupun keduanya sama-sama penakut.

Pintu Luna terbuka, menampakkan wanita itu tengah memegang sebungkus cemilan di tangannya.

"Kenapa Zel?" tanya Wanita itu mengangkat sebelah alis matanya.

"Gue boleh numpang sebentar? Gue takut sendirian pas petir besar kek gini," ujar Azelina dengan alasannya yang malu-malu.

"Buruan masuk, kita nonton drama seru!" kata Luna segera menarik lengan Azelina, membawanya masuk dan mengunci pintu itu rapat-rapat.

Melihat suasana ruangan Luna yang nyaman dan tentram, Azelina merasa membaik di bandingkan kondisi ruangannya yang terlalu tua.

"Lo gak takut apa hujan-hujan gini nyalain televisi?" tanya Azelina mulai duduk di sebuah sofa, memperhatikan layar kaca di depan mereka.

"Kenapa harus takut? 'Kan cuma hujan, kecuali petirnya baru gue takut," celetuk Luna terkekeh sembari mulutnya yang 'tak henti mengunyah makanan ringannya.

"Yee, maksud gue juga gitu kalee," balas Azelina mengambil sebungkus cemilan di meja, lalu menikmatinya.

Luna mengacuhkan Azelina, memfokuskan pandangannya ke depan. Keduanya mulai menyaksikan siaran yang sedang berlangsung di televisi Luna.

Azelina yang merasa nyambung dengan drama yang ia tonton, seketika membuatnya senyum-senyum 'tak jelas. Hingga suatu ketika ia berkhayal pemain yang berada di drama itu adalah dirinya, bersama Alvino.

Jelas saja, siaran drama itu benar-benar membuat kedua Wanita di depan televisi itu terbawa perasaan. Di tambah suasana rintik hujan di luar menambah suasana menjadi menyenangkan.

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang