"Ini sudah kesekian kalinya aku rindu, semua yang pernah kita lakukan bersama, terasa berbeda saat hal itu ku lalui sendiri"
Azelina berjalan menghampiri dinding rumah Bu Ira, yang juga menjadi bagian dari rumahnya. Wanita itu tengah menempel kalender tahun yang baru, dan mengambil kalender tahun yang dulu untuk di simpan.Sudah hampir beberapa tahun Azelina tinggal bersama Bu Ira. Bahkan, kehidupannya semakin cerah setelah mengikhlaskan semua kepedihan hati.
Wanita itu berjalan ke kamarnya, bersiap-siap untuk mencuci pakaiannya. Sebelum itu, Azelina memilih pakaian yang akan ia cuci.
Melihat banyaknya pakaian kotor yang berada di gantungan pakaian. Azelina melesatkan pandangannya ke arah kopernya, menyerogoh ke dalam benda tersebut untuk mengeceknya.
Sesekali Azelina membuka resleting saku pada koper itu, terlihat sebuah amlop terlipat di sana. Azelina yang penasaran pun, segera mengambilnya lalu membuka isi kertas yang terlipat itu.
Selembar kertas berada di dalam amplop tersebut. Azelina menjadi ingat, siapa yang memberikannya di tahun kemarin selama ia di Rumah sakit. Tentu saja itu adalah titipan dari Alvino sebelum ia berangkat untuk melanjutkan sekolahnya.
Azelina mulai membaca kata per-kata dari setiap tulisan yang tergores di lembar tersebut.
Aku sengaja menulis ini, biar memberi kesan yang bisa kamu baca lagi di tahun kemudian.
Ini bukan surat wasiat, maupun surat izin!
Dari tulisan ini, aku mau kasih tau kepada Wanita manis, dia Azelina.
Seperti ucapan kita pada waktu itu, aku akan pergi keluar kota untuk sekolah. Tapi, aku terlalu cepat memutuskan semuanya, dan aku sangat meminta maaf kepadamu, jika aku terlalu egois.
Bayi itu aku bawa, untuk ku rawat bersama Ibu ku di sana kelak. Aku gak mau, kamu lelah maupun kamu risih. Bagiku, sudah mengandung selama 9 bulan saja, itu benar-benar pengorbanan yang besar. Maka dari itu, aku juga ingin mengorbankan diriku, untuk menghidupi anak kita, di sini, di luar kota.
Kamu jangan mikirin aku, karena aku tidak punya waktu untuk membalasmu. Aku terlalu sibuk, sampai aku lupa, aku belum mengecup keningmu untuk terakhir kalinya.
Azelina, aku sayang kamu!
Sampai jumpa, salam Alvino!
Maaf dengan leluconku yang kaku, maaf juga sudah membuatmu bersedih.
Wanita itu melipat kembali lembar kertas tersebut. Memasukkannya ke dalam amplop, dan meletakkannya kembali pada saku koper.
Azelina terdiam sejenak, kemudian menghela nafasnya yang berat. Ia menyimpulkan senyumannya, antara rasa kecewa dan ikhlas menerima. Namun, Azelina belum selamanya rela membiarkan Alvino pergi bersama Bayi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z E L I N A [COMPLETED]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Sulit hidup di dunia sekarang. Berbagai hal selalu menggunakan uang, lantaran mencari uang itu sendiri lebih menyulitkan. Ketika Wanita mengambil jalur sebagai pelacur, merelakan tubuhnya di santap pemburu. Apa yan...