"Cukup hujan yang memberhentikan langkahmu untuk berjalan dan membuatmu berteduh. Jangan biarkan semangatmu ikut berhenti hingga membuatmu menyerah"Acara telah selesai, perayaan yang di adakan se-tahun sekali itu sangat ramai. Azelina yang awalnya merasa rugi tidak bisa ikut menikmati musik, menjadi tenang akan perhatian Alvino kepadanya.
Azelina melirik sesaat ke arah Pria di sebelahnya. Tatapannya menjadi heran dengan Alvino.
"Wait! Bukannya hari ini lo sekolah?" tanya Azelina mengerutkan dahinya. Pertanyaannya sama dengan pertanyaan semula untuk Luna.
"Hehe, sengaja alpa, biar bisa ketemu lo seharian," rayu Alvino dengan senyum liciknya.
Azelina menyunggingkan bibir atasnya, sesekali mencubit lengan otot Pria itu dengan keras. Keduanya keluar dari acara, di ikuti Luna dari belakang yang berjalan sempoyongan.
"Aze-lina, a-yo pu-lang coyy!" lirih Luna berusaha menahan keseimbangannya.
"Anterin tuh temen lo, gue ngikutin dari belakang aja." Alvino yang sudah menaikki motor serta memasang helmnya.
Mau tidak mau Azelina harus membawa Luna pulang. Padahal sebelumnya, Azelina harap Luna pulang sendiri mengendarai motornya. Sedangkan Azelina berboncengan dengan kekasihnya.
"Ishh lo mah, yodah buruan naik," celetuk Azelina yang segera di setujui Luna.
Motor Azelina melaju di depan Alvino. Aroma anggur terbaur pekat dari Wanita di belakang Azelina. Sesampainya mereka di depan asrama, Luna berjalan menuju ke ruangannya.
"Zel, ka-sur gue ma-sih a-da di ka-mar 'kan?" tanya Luna yang tetap berjalan kedepan.
"Eleh-eleh, mana gue tau kamar lo," timpal Azelina menertawakan tingkah Luna.
Alvino berjalan menghampiri Azelina. Pria itu mengulum senyumnya, seakan-akan sedang merasakan sesuatu hal.
Wanita itu seketika menatapnya dengan keheranan. Azelina yakin Pria tersebut tengah menyembunyikan sesuatu, dan sengaja di rahasiakan.
"Kenapa sih senyam-senyum gitu, aneh tau gak," ledek Azelina menyimpan kedua lengannya di atas perutnya.
"Jadi gue di larang senyum nih," sahut Alvino mengangkat sebelah alis matanya, berdiri di depan Azelina.
"Gue mau liat lo nangis, boleh gak?" permintaan Azelina terhadap Alvino.
Alvino kembali tersenyum, "Gue bakalan nangis, kalau lo ninggalin gue," ucap Alvino.
Dengan perasaan malu, Azelina mencubit perut Alvino sekuat-kuat mungkin. Menahan rasa sakit yang terasa, Alvino mengerang keras.
"Arghhhh!!!" jeritan Alvino yang hanya di tertawakan oleh Azelina.
Azelina berlari, mengarah ke ruangannya dan di buntuti Alvino dari belakang, sembari memegang perutnya. Wanita itu membuka lemari es nya, mengambil tuperware yang berisikan air putih yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z E L I N A [COMPLETED]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Sulit hidup di dunia sekarang. Berbagai hal selalu menggunakan uang, lantaran mencari uang itu sendiri lebih menyulitkan. Ketika Wanita mengambil jalur sebagai pelacur, merelakan tubuhnya di santap pemburu. Apa yan...