"Angin selalu berhembus memberikan udara, waktu selalu berputar memberikan kenangan baru. Begitulah takdir yang selalu berjalan tanpa henti"Halaman rumah kediaman Alm. Daud di penuhi mobil serta kendaraan lainnya. Berkibarnya bendera kuning yang membuat suasana semakin menyakinkan. Berbagai rekan kerja dari perkantoran yang menghadiri rumah tersebut. Memberikan ucapan duka cita kepada keluarga yang di tinggal.
Azelina duduk di depan peti Daud, menggunakan pakaian serba hitam. Wanita itu 'tak henti menangisi kepergian sang Ayah. Ruangan yang begitu penuh dengan beberapa orang yang masuk. Kecuali Azelina yang hanya berdiam diri di samping Ayahnya.
Terlihat banyak sekali rekan kerja Daud yang berkunjung untuk melayat. Semua orang turut berduka cita melepaskan Daud untuk selama-lamanya.
Beberapa Ibu-Ibu saling membisik satu sama lain, hingga 'tak sengaja terdengar oleh gendang telinga Azelina. Bisikkan mereka yang mengatakan Azelina bukan-bukan, hampir membuat Azelina risih.
"Jadi itu anak perempuannya, kok bisa jadi pelacur ya!"
"Denger-denger dia di keluarin dari sekolah, nyuri sertifikat sekolahnya,"
"Gara-gara dia tuh, Ayah nya meninggal dunia!"
Bisikkan itu terdengar sangat keras di telinga Azelina. Ingin rasanya membalas tuduhan mereka, tapi Azelina tidak mau ada peristiwa kecil saat melepas kepergian Ayahnya.
Beberapa menit telah berlalu, jenazah Daud sudah siap untuk di kubur dengan layak. Selama di pemakaman, Azelina terus menerus menangis. Galang berusaha menabahkan hati Azelina, walau sebenarnya ia juga merasa bersedih.
Sepanjang perjalanan mengarah ke lubang kuburan yang telah di persiapkan, Azelina memaksakan kakinya untuk terus melangkah.
Acara penguburan mulai berlangsung, hingga pembacaan doa serta memasukkan peti jenazah Daud ke dalam liang kubur. Setelah selesai, Azelina menaburkan segenggam bunga kubur, di atas nisan yang bertuliskan nama Daud, serta tanggal lahir dan tanggal ia wafat.
Setelah semua orang bubar, menyisakan keluarga yang sedang mengumpul di pemakaman tersebut. Azelina duduk memegang nisan Ayahnya, sembari tatapannya terus saja menatap nisan tersebut.
"Pah hiks,, Papah yang tenangnya di sana hiks,, selamat tinggal Pah,," lirih Azelina mengucapkan kata selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya kepada Daud.
Seiring berjalannya waktu dimana Ayunda yang sudah terpuruk lemah, mereka pulang dan hanya menyisakan Azelina seorang diri di pemakaman.
"Azelina akan selalu berdoa pah, hiks,,," ujar Azelina.
"Papah pasti akan berada di jalan yang benar, Azelina yakin!"
Sembari mengucapkan perkataannya, Azelina meneteskan beberapa air mata ke tanah kubur Ayahnya. Wanita berbalut kain hitam itu mulai bangkit, ia memaksakan senyuman di bibirnya. Kemudian bergegas pulang dari pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z E L I N A [COMPLETED]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Sulit hidup di dunia sekarang. Berbagai hal selalu menggunakan uang, lantaran mencari uang itu sendiri lebih menyulitkan. Ketika Wanita mengambil jalur sebagai pelacur, merelakan tubuhnya di santap pemburu. Apa yan...