[14] YES or YES

461 14 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ketika mulut serasa telah di kunci hati untuk berbicara, di zaman ini kita bisa menggunakan ponsel untuk menjawab sebuah perasaan seseorang"

Azelina 'tak henti memikirkan apa yang di ucapkan Alvino di supermarket tadi. Dia yang sedang merebahkan tubuhnya di kasur, memeluk guling erat-erat seraya senyum yang merekah sempurna.

"Zel, gue suka sama lo!"

Ucapan yang tiada tandingnya di muka bumi. Pertama kali Azelina mendapatkan ungkapan perasaan dengan setulus itu. Banyaknya Pria yang Azelina kenal, hanya Alvino lah yang terlihat berbeda.

Pria itu menembak Azelina pada suasana yang awal mula menegangkan. Azelina terpaku di tempat, berpikir keras pada jawaban yang akan ia lempar.

Sebelum itu, Azelina sudah pernah meminta Alvino menjadi kekasihnya. Tapi itu hanyalah sebuah permainan konyol, dan kini Azelina mendengar sendiri Pria itu mengucapkan kata yang sama di waktu kemarin Azelina ucapkan.

Azelina yang berlagak bocah, meminta kepada Alvino untuk memberinya waktu. Sering Wanita itu menonton sinetron, saat Pria mengungkapkan perasaan, di situlah Wanita menjawabnya dengan anggukkan histeris.

Berbalik dengan Azelina, secara mau tidak mau ia harus membulatkan tekad untuk menjawabnya di esok hari. Jika terus-terusan begini, Azelina bisa tidak tidur di malam hari.

Tentu saja Azelina akan terbayang-bayang. Seperti Wanita pada normalnya, di lontarkan rayuan garing saja terbawa suasana, apalagi di acungkan pistol polisi, tentu saja akan angkat tangan.

Dengan wajah memerah, Azelina meraih ponselnya. Ia melihat line Alvino yang dulu pernah ia chat, namun tidak di balas.

"Santai Zel, gak usah gemeteran, cuma ngetik huruf Y dan A doang," ujar Azelina menyemangati dirinya sendiri.

Jari-jemari Azelina mulai menyatukan dua huruf, dimana dengan itulah ia memberi jawabannya. Saat selesai mengklik hingga terkirim, Azelina menunggu balasan dari Alvino.

Azelina terlihat susah payah menahan senyumnya, sembari mata yang tercondong menonton layar ponselnya. Wanita itu setia menemani ponselnya, menanti Alvino mengetik beberapa kata yang sekiranya spesial untuk Azelina.

Berselang beberapa menit kemudian, Azelina 'tak kunjung menerima pemberitahuan di ponselnya. Akan tetapi Wanita itu tetap strong begadang menunggu Alvino.

Wanita itu tertidur di tempat, menyisakan ponselnya yang tergeletak dengan data seluler yang masih menyala, tanpa balasan Alvino ternotifikasi.

♧♧♧

Pagi-pagi sekali Azelina di bangunkan oleh sinar mentari. Bersama posisi yang vertikal di kasur yang horizontal. Selimut yang berbaring di lantai, bantal yang berada di meja, dan hanya guling yang setia memeluk Azelina.

Azelina meraih ponselnya, mengecek kembali line nya yang 'tak terbalaskan. Azelina terdiam membisu, data yang semula masih hidup kini ia matikan.

"Apa gue terlalu bego. Gak usah di pikirin gih," ucap Azelina meletakkan ponselnya di tas sekolah.

Wanita itu mulai bergegas ke kamar mandi. Menyalakan kran air yang mulai membasahi tubuh lentiknya yang anggun.

Setelah semua persiapannya lengkap, Azelina bergegas berangkat ke sekolah mengendarai motornya. Di waktu yang pagi ini, udara perkotaan benar-benar tidak bersahabat dengan kulit Azelina.

Sesampainya Wanita itu di lokasi sekolahnya, ia berjalan menyusuri koridor yang sudah di pijak oleh beberapa siswa-siswi lainnya.

"Aduh, ganggu suasana aja sehh!" tegur salah satu siswi, sedang memperhatikan beberapa siswa yang tengah bergerombolan.

Azelina melirik sejenak ke arah siswi tersebut, "Apa sih, Anjing!".

Siswi tersebut menatap tajam Azelina dengan raut wajah yang kesal. Tiba-tiba saja Azelina berani melawan kakak kelasnya, untuk beberapa kalinya.

"WOY, SETAN BIADAB!!, UDAH BERANI YA LO!?"

Azelina mengacuhkan teriakkan tersebut. Kembali pada perjalanannya yang mengarah ke kelas. Azelina melempar tasnya ke meja tempat duduknya, mengagetkan Luna yang sedang menunduk di situ.

"Kaget gue, apa gerangan lo?" tanya Luna mendongakkan kepalanya menatap Azelina.

"Gak tuh, lagi gak enak badan aja," jawab Azelina mengambil ponselnya di dalam tas. Kembali memeriksa line nya yang terus menerus sepi tanpa jawaban Alvino.

Hati Azelina merasa 'tak nyaman. Untuk pertama kalinya ia merasakan perasaan yang ia anggap tulus, menjadi permainan seperti ini. Lagipula tidak mungkin Alvino semalaman 'tak memegang ponselnya, apalagi ia seorang Pria muda.

Azelina yang semula terdiam di kursinya, bergegas menemui Alvino dimanapun Pria itu berada. Semakin Wanita itu berjalan, semakin pula ia berpikir mungkin saja Alvino tertidur malam tadi.

Alvino yang terlihat duduk bersama gerombolan temannya, beralih melihat kedatangan Azelina. Pria itu hanya melesatkan tatapan dalam raut wajah yang datar.

"Ikut gue sebentar, gue mau jawab soal yang kemarin," pinta Azelina menarik lengan Alvino tanpa seizin Pria tersebut.

Keduanya yang mulai saling menatap satu sama lain di koridor yang sepi. Alvino hanya tersenyum simpul, berbeda dengan Azelina yang merasa tidak nyaman dengan perasaanya.

"Lo mau jawab, jadi?" tanya Alvino mengangkat kedua alis matanya, menunggu Wanita itu membuka mulutnya.

Azelina menunduk, "Lo gak bercanda 'kan?" ujar Azelina pada tatapan yang mengarah ke bawah.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" lagi-lagi Alvino di buru oleh pertanyaanya.

Awalnya Pria itu tersenyum di bibirnya, setelah mendengar perkataan Azelina seketika ia merasa Azelina tidak yakin dengan apa yang ia ungkapkan.

"Gue udah jawab di Line, lo gak balas ataupun baca chat gue, kenapa?"

Azelina merapatkan rahang giginya, berusaha menahan kekesalannya. Tentu saja Wanita itu merasa di acuhkan oleh Alvino, walaupun ia belum tau alasan Alvino atas masalah itu.

"Gue gak buka Line, kirain aja lo cuma bakal jawab pas ketemu di sekolah," ujar Alvino mengajukan alasannya.

"Beneran? Sama sekali gak ada buka ponsel setelah lo pulang?" tanya Azelina kembali menyakinkan.

"Ponsel gue di mobil, pas udah sampai rumah langsung tidur," jawab Alvino berusaha membuat Azelina tenang dengan jawabannya.

Untuk saat ini, Azelina mengakui tiada yang salah dengan Alvino. Alasan Pria itu tidak membuka Line karena sudah tertidur, dan Azelina terlalu terbawa suasana.

Alvino menarik ponsel yang berada di saku celananya. Ia mulai membuka data selular dan mendapatkan Line dari Azelina. Dengan senyum yang merekah sempurna, Alvino melirik Azelina.

"Gak malu apa senyum sama pelacur?" rayu Azelina mendorong pelan Alvino dan berlarian di koridor. Keduanya sekarang memiliki sebuah hubungan, sebagai sepasang kekasih, tentu saja keduanya harus saling menyayangi.

♧♧♧
BERSAMBUNG
(hmmm...)

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang