[45] PERGI UNTUK MENJAUH

470 9 1
                                    

"Ketika kita bertumpu pada satu harapan, tapi harapan itu seketika membuat kita terjatuh dari tumpuan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ketika kita bertumpu pada satu harapan, tapi harapan itu seketika membuat kita terjatuh dari tumpuan"


Berminggu-minggu sudah Azelina berada di Rumah sakit. Ia di rawat setelah sekian lamanya di tempat tersebut, bersama sang Bayi yang ia lahirkan.

Selama kehadiran Bayi itu, Alvino semakin perhatian kepada Azelina. Kerap kali ia menyuapinya dengan tulus, mengantarkannya ke kamar mandi. Bahkan, menemaninya sebelum tidur.

Ibu Alvino juga terkadang berkunjung untuk menemui mereka. Mencium wajah cucunya yang sangat menggemaskan, hampir mirip dengan wajah Alvino. Bahkan berjenis kelamin Laki-laki, sesuai dengan hasil USG bulan lalu.

Hari ini adalah hari terakhir Azelina berada di Rumah sakit. Ia di kabarkan akan pulang, sesuai dengan anjuran Dokter yang mengatakan imun tubuh Azelina sudah kembali normal.

Azelina duduk di sofa ruangannya, menyusui anaknya dengan sebuah dot, berhubungan dengan ASI nya yang belum bisa menjadi tempat menyusui. Pagi-pagi sekali Alvino pamit pulang, mengatakan kepada Azelina bahwa ada kesibukkan sejenak.

Perlahan-lahan, Azelina bangkit untuk berdiri. Menggendong anaknya sambil berjalan-jalan di sekitar ruangan. Seorang Suster datang membawa nampan makanan untuk Azelina. Suster itu adalah yang kemarin bercerita dengannya sebelum ia bersalin.

"Ini makanannya di simpan dimana, Mbak?" tanya Suster tersebut pada Azelina.

"Letak di atas meja aja, nanti saya makan," ucap Azelina menunjuk meja yang ia katakan.

Suster itupun meletakkan nampan itu ke atas meja, kemudian berjalan menghampiri Azelina, melirik bayi yang Wanita itu gendong sembari tersenyum.

"Tampan sekali! Namanya siapa, Mbak?" Suster itu menekan sesekali pipi bayi tersebut.

Azelina tersenyum. "Vizal, nama buatan Ayahnya!" kata Wanita tersebut.

Selama keduanya berbincang-bincang akan bayi tersebut, terdengar ponsel Azelina berdering, sehingga ia beralih menghampiri suara tersebut.

"Mbak, saya keluar dulu ya." Suster itu pergi dari ruangan Azelina, meninggalkan Wanita itu bersama bayi nya.

Azelina mengambil ponselnya, melihat pemberitahuan panggilan dari Alvino. Segera Azelina mengangkatnya, lalu meletaknya di samping telinga kanan.

"Halo," sapa Azelina.

"H-halo, Zel!"

"Kenapa, kok ngomongnya kaya gitu?" tanya Azelina mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa maksud suara Alvino.

"W-waktu itu, L-lo bilang gue lanjutin sekolah, k-kalo lo udah lahiran, 'kan!" ucap Alvino dengan terbata-bata.

"Iya, kenapa? Lo mau lanjut sekolah?" tanya Azelina lagi.

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang