[18] SELAMAT TIDUR

452 14 0
                                    

"Untuk yang pertama kalinya, kita tidur di dalam satu ruangan, namun berbeda posisi, karena kita belum menjadi sepasang suami istri"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk yang pertama kalinya, kita tidur di dalam satu ruangan, namun berbeda posisi, karena kita belum menjadi sepasang suami istri"


Azelina menarik tirai jendela kamarnya, melihat hari yang sudah hampir malam. Wanita itu bergegas ke dapur, sudah lama sekali ia merasakan masakkannya sendiri.

Memotong beberapa sayur untuk di olah menjadi sebuah sup hangat. Seketika terdengar rintik hujan dari genteng, cuaca yang pas untuk menikmati semangkok kuah hangat.

Azelina merebus sayuran yang telah ia cuci hingga bersih. Tiba-tiba ponsel yang berada di saku celana Azelina berdering.

Wanita itu melihat notifikasi panggilan dari nomor Alvino. Dengan segera Azelina menerima panggilan itu, seraya memperhatikan masakkannya.

"Halo, kenapa?" sapa Azelina menambahkan senyuman di akhir kata.

"Gue mau kesitu, sekarang juga," ucap Alvino terdengar di lokasinya berkerumunan hujan deras.

"Bukannya lagi hujan, tunggu hujan selesai," ujar Azelina menolak kehendak Alvino. Ia tidak ingin Pria itu rela kebasahan, angin di luar yang berhembus akan membuat tubuh Pria itu kedinginan.

"Bukain gue pintu nanti, gue berangkat."

Alvino memutuskan sambungan panggilannya dengan Azelina. Pria itu benar-benar akan ke tempat Azelina, melewati hujan yang deras di luar.

Mendengar hal itu, bertepatan masakkan Azelina selesai, Wanita itu mematikan kompor dan segera menunggu di luar.

Terlihat jelas dari teras asrama, hujan yang begitu besar itu sangat menusuk kulit Azelina yang tipis. Wanita itu khawatir dengan Alvino, semoga saja ia dapat bertahan di bawah hujan yang deras itu.

Beberapa menit, Alvino datang bersama motornya. Ia segera memarkirkannya dan berlari menemui Azelina. Tentu saja dengan keadaan basah kuyup, sehingga aroma petrikor pada pakaian Pria itu tercium.

Tanpa banyak celoteh, Azelina membawa Alvino masuk ke ruangannya. Dalam keadaan sebasah itu, Alvino akan merasakan kedinginan yang besar.

"Ini handuk, ke kamar mandi gih," kata Azelina menyuruh Pria itu masuk ke kamar mandi, dengan handuk biru yang ia beri untuk Pria itu.

Sembari menunggu Alvino mengeringkan tubuhnya, Azelina menyendok sup hangat di mangkok untuk keduanya. Aroma wangi sup itu membuat Azelina 'tak sabar untuk menyeruputnya bersama Alvino.

Setelah Azelina selesai menyajikan makanan di atas meja, Alvino keluar dengan handuk yang melingkar di atas perut ke bawah lutut Pria itu. Dada bidang Pria itu tertampak jelas, beberapa tetes air menetes menghalau perutnya.

Azelina terdiam, ia menegak ludahnya susah payah. Dengan perlahan-lahan, sesekali ia juga melirik Alvino yang tengah membenarkan rambutnya.

"Ini, gue masak sup tadi, lo pasti kedinginan," ujar Azelina membuat Pria itu menghampirinya, duduk di depan Azelina.

"Yakin bisa di makan?" ejek Alvino terkekeh.

Azelina menyunggingkan bibir atasnya, "Rasain dulu, pertama kalinya lo makan masakkan gue," kata Azelina menyombongkan dirinya.

Alvino menyendok kuah itu, menyuapi mulutnya dengan awalan yang merasa takut. Setelah meluncur ke tenggorokkannya, Alvino takjub dengan rasa yang pas, bahkan aromanya yang wangi.

"Gue gak bisa bilang ini enak banget, cuman enak doang," puji Alvino teru-menerus menyuapi dirinya.

Keduanya menikmati makan malam bersama-sama. Terlintas di pikiran Azelina tentang maksud kedatangan Pria itu ke tempatnya.

"Btw, lo kesini mau ngapain?" tanya Azelina yang belum mendapatkan jawaban dari Pria itu.

Alvino terdiam sejenak, "Lagi gak enak aja di rumah," jawab Pria itu menepis senyumannya.

"Kalo gak enak, tinggal disini aja, nikahin gue dulu!" rayuan Azelina membuat Alvino tersipu malu. Di saat yang seperti ini, Wanita itu memberi sebuah lelucon kaku.

Alvino hanya membalasnya dengan senyuman, sembari sendok terus mendarat ke mulutnya. Hingga keduanya selesai, Azelina bertujuan untuk membereskannya.

"Pakaian lo tadi, biar gue yang nyuci, lo istirahat aja dulu," ujar Azelina bergegas berjalan ke kamar mandi setelah menyimpan mangkok kotornya ke tempat pencucian piring.

Alvino dengan reflek terkejut, ia menghalangi Azelina yang hampir sampai pada pintu kamar mandi.

"Gue aja, gak papa kok," lirih Alvino membuat Azelina terdiam. Namun ia tetap akan membantu Pria itu.

"Tenang, gue juga gak bakalan bikin pakaian lo rusak, istirahat aja." Kembali Azelina berjalan, tetapi di hentikan lagi-lagi oleh Alvino.

"Jangan, gue malu, celana dalam gue juga ada di sana," ucap Pria itu berdiri di hadapan Azelina.

Azelina tersenyum licik, ia menghentikan tujuannya berbalik ke mangkok kotor tadi. Alvino segera masuk ke dalam kamar mandi itu, mengunci pintunya erat-erat.

Wanita itu sudah membereskan semuanya, ia berjalan ke kursi dan duduk menunggu Alvino keluar dari kamar mandinya. Karena merasa bosan, Wanita itu memilih pergi ke kamarnya, merebahkan tubuh dan menyaksikan ponselnya.

Seiring hujan yang deras itu, hari 'tak terasa sudah hampir tengah malam. Keadaan luar yang begitu basah, cahaya lampu luar yang terang saja tidak cukup menerangi malam yang gelap itu.

Alvino keluar, sudah berjam-jam lebih Pria itu menunggu pakaiannya kering di mesin cuci. Walau belum kering total, Pria itu tetap memakainya.

"Lo punya charger gak?" tanya Alvino berdiri di depan pintu kamar Azelina.

"Itu, di terminalnya," tunjuk Azelina pada sebuah untaian kabel untuk mengecash ponsel.

Alvino yang melihat sebuah kursi, membawanya ke depan meja yang terletak ponselnya. Sembari membaca beberapa buku yang tersusun di sana.

"Dingin ya, enaknya ngapain?" tanya Azelina membuat Pria itu tersentak kaget.

Kembali setelahnya, Alvino mengambil buku yang kedua. Terlihat dari cermin meja itu, Azelina duduk di tepian kasurnya.

"Lo gak ngantuk? Tidur yuk!" ujar Azelina merayu Pria itu hampir membuat imannya goyah.

"Kalau ngantuk tidur aja, setelah hujan selesai gue juga pulang," kata Alvino melesatkan jawaban yang artinya menolak ajakkan Azelina.

"Hujannya udah gue sumpahin gak berhenti, biar lo tidur bareng gue, malam ini di kasur ini," lirih Azelina terkekeh, seraya membuat kasur itu di huni oleh dua bantal.

"Kalau gak berhenti, gue paksain pulang lah," sahut Pria itu menatap Azelina sinis.

"Katanya lagi gak enak di rumah, tujuan lo kesini kan mau yang enak-enak," rayu Azelina membuat mata Alvino membulat sempurna, seketika jantungnya berdegup kencang.

"Udah ah males, gue tidur di luar juga gak papa," cerca Alvino menutup buku itu dan menyimpannya pada susunan awal.

Ia memilih keluar dari kamar itu, duduk di sebuah sofa yang panjang di luar. Alvino merebahkan tubuhnya, melihat ke atas langit-langit ruangan Azelina.

Azelina yang juga merasa mengantuk, memilih untuk tidur di kasurnya. Namun sebelum itu, ia mengambil selimut dan membawanya untuk Alvino.

"Nih, gue gak mau lo kedinginan lagi," kata Azelina yang menyerahkan selimut itu untuk Alvino.

Alvino menerimanya, menutupi semua tubuhnya hingga merasa cukup hangat. Seketika keduanya saling mengantuk, mereka tidur dalam posisi yang berbeda.

Hujan itu terus berlanjut tanpa henti, Alvino memilih untuk menginap semalaman di asrama Azelina. Berhubungan dengan jam yang sudah menunjuk tengah malam, tidak memungkinkan ia pulang selarut itu.

♧♧♧
BERSAMBUNG
(waiting for next part^^)

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang