[36] KEMBALI TERULANG

367 10 0
                                    

"Entah keberapa kalinya dia membuatku menunggu, rindu, bahkan menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Entah keberapa kalinya dia membuatku menunggu, rindu, bahkan menangis. Tapi aku tau, ini bukanlah pertama kalinya ia membuat mulutku bergemetar"

Alvino berhenti pada sebuah toko kedai kecil, ia membeli berbagai perlengkapan untuk memasak di asrama nanti. Malam ini, ia akan membuat masakan special untuk Azelina, dan hanya malam ini.

Mulai dari mengaduk telur, menambahkan tepung ke dalam adonan. Alvino akan membuat sebuah kue panggang dengan oven yang tersedia di dalam dapur tersebut.

Dengan kemahirannya dalam menabur pemanis rasa, bahkan sekotak susu segar yang dingin. Setelah semua tercampur hingga menjadi adonan, Alvino menyiapkan loyang lalu mengolesnya dengan sedikit mentega.

Pria itu membuka oven dan mulai memanggang dalam suhu yang normal. Sembari menunggu, Alvino membersihkan segala perabotan yang sebelumnya ia pakai. Mengelap meja makan, bahkan menyapu lantai yang sedikit tertumpah tepung olehnya.

Beberapa menit ketika, masakan Alvino telah matang. Pelan-pelan, Pria itu mengambil loyang dan meletakkan kue yang sudah sempurna ke atas piring. Dengan memberi beberapa tambahan krim, serta toping, akhirnya kue itu siap di saji.

Terdengar suara ponsel Alvino bergetar di saku celananya. Pria itu segera meraihnya, dan melihat pesan dari Azelina untuk menjemputnya pulang.

Dengan segera, Alvino meninggalkan asrama dan beranjak mengendarai motornya untuk menghampiri Azelina.

♧♧♧

Azelina keluar dari minimarket dengan tas kecil yang selalu ia bawa. Wanita itu menemukan Alvino yang sudah tiba di depan, siap untuk membawanya pulang.

"Rumah gue gak lo berantakkin 'kan?" tanya Azelina menipiskan senyumannya.

"Berantakkan banget. Dapur lo kotor, kamar lo berserakkan, gentengnya bocor, kaca ruangan pecah!" tipu Alvino dengan sedikit tertawa.

Azelina hanya membalas dengan sunggingan pada bibirnya. Setelah selesai mengenakan helmnya, Wanita itu menaikki motor Alvino dan duduk di belakangnya.

Keduanya melaju dengan perlahan-lahan, melewati berbagai lampu sorot perkotaan. Aroma bunga lavender, kembali tercium pada jaket yang Alvino kenakan.

Tanpa Wanita itu sadari, keduanya sudah tiba di depan asrama. Karena merasa Alvino berhenti, Azelina mulai turun dari motor tersebut, seraya melepas pengaman helmnya yang tersambung.

"Oh ya, kok asramanya sepi banget gak kaya dulu," sahut Alvino berjalan beriringan dengan Azelina.

"Pada pindah semua, sisa gue doang, dan harusnya lo salut sama keberanian gue," ujar Azelina memuji dirinya sendiri.

"Ckck. Hati-hati ada dedemitnya," ledek Alvino berharap Azelina akan takut pada ucapannya.

"Lo kali yang dedemitnya," caci Wanita itu seraya membuka pintu dan mencium aroma makanan.

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang