[41] TEST DNA

471 11 0
                                    

"Kita memang selalu bersama-sama, tapi kebersamaan kita seakan-akan menampakkan perpisahan untuk saling tidak mengenal"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kita memang selalu bersama-sama, tapi kebersamaan kita seakan-akan menampakkan perpisahan untuk saling tidak mengenal"

Hari minggu yang benar-benar cerah, membuat Azelina semakin bersemangat untuk memasak sebuah sup hangat untuknya. Memulai dengan memotong-motong berbagai sayuran, bahkan membuat rempah-rempah masakkan.

Beberapa menit kemudian, Azelina mematikan kompor setelah merasa masakkannya sudah matang sempurna. Sesekali Azelina melirik panci yang penuh akan sup, sehingga ia terpikirkan akan Alvino.

"Halo," sapa Azelina pada ponselnya yang sedang menghubung Alvino.

"Iya kenapa Zel?" tanya Pria tersebut.

"Kesini dong, gue masak sup kebanyakkan," ucap Azelina dengan sedikit senyuman.

"Yaudah, gue mandi dulu, baru berangkat." Alvino yang segera memutuskan sambungan panggilan dari Azelina.

Azelina yang merasa lelah karena terlalu lama berdiri, bergegas ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya sejenak, sembari menunggu Alvino datang.

Keringat dingin meluncur dari kening Azelina, matanya yang menatap langit--langit dinding kamarnya. Wanita itu tersenyum saat melihat sebuah tempelan kertas yang sudah lama ia tempel, stempel itu adalah kenangan semasa ia sekolah kemarin.

Hingga beberapa jam kemudian, Alvino datang mengetuk pintu ruangan Azelina. Wanita itu beranjak dari kasur untuk membukakan pintu yang sengaja ia kunci dari dalam, menarik ganggang pintu dan menampakkan wajah manis Alvino.

"Selamat Pagi!" sapa Pria itu dengan senyum yang merekah.

"Apaan sih, buruan gue udah lapar," kata Azelina meminta Alvino untuk segera masuk.

Keduanya berjalan menghampiri ruang dapur. Azelina mengambil dua mangkuk untuk menuangkan kuah sup serta sayurannya, sedangkan Alvino melepaskan jaket yang menutupi seisi tangan dan tubuhnya.

Azelina berjalan menghampiri meja makan, membawakan dua mangkuk sup hangat yang ia sajikan.

"Ini spesial buat lo, buat Ayah," rayu Azelina menyulurkan satu buah mangkuk yang sudah berisikan sup buatan Azelina.

"Udah keberapa kalinya sih lo bilang spesial buat gue, lebih dari puluhannya deh," celetuk Alvino terkekeh menyeruput pelan kuah yang ia sendok.

"Lo emang spesial, makanya gue sayang," kata Azelina lagi-lagi merayu Pria tersebut.

"Iya, Bunda juga spesial makanya Ayah kadang suka mesum kalo ngelihat Bunda," balas Alvino melirik Azelina dengan senyum licik.

"Udah pandai ngomongnya, cepetan makan," timpal Azelina memberi perintah kepada Pria itu.

Selama menikmati makanannya, Alvino 'tak henti melirik Azelina dengan sedikit senyuman. Beberapa menit kemudian, setelah sup di mangkuk keduanya habis, terdengar sebuah suara ketukkan dari pintu luar.

A Z E L I N A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang