"Pecundang itu seperti sebuah gravitasi, sekuat apapun kau melemparnya ke atas, ia akan tetap jatuh ke bawah"
Hari senin adalah hari yang paling di jauhi oleh siswa-siswi, entah mengapa mereka tidak sanggup untuk berjemur di bawah terik matahari, di tambah dengan pidato guru yang teramat sadis. Keadaan itu adalah upacara yang diselenggarakan tiap hari senin.
Azelina berdiri di barisan wanita, mulutnya yang tengah mengunyah permen karet menjadikan cuaca panas itu 'tak terasa. Di belakangnya Luna tengah memainkan rambut blonde nya, sembari merayu beberapa barisan Pria di sampingnya.
Keringat dingin bercucuran di dahi Azelina, ia yang terus menerus mengelapnya menggunakan sapu tangan itu seketika terkagetkan oleh kejadian alay dari adik kelasnya.
Apa lagi jika bukan pingsan di waktu yang panas ini. Azelina yang sebelumnya terkejut menjadi terkekeh, Wanita memang selalu seperti itu, di tambah nasehat guru yang selalu mengatakan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Beberapa menit setelahnya upacara pun selesai, Azelina membubarkan diri dari barisan bersama semua murid. Jelas sekali kali ini Azelina pergi ke toilet, ia harus menebali wajahnya yang tergores air dengan bedak.
Wajahnya yang begitu menawan, terpancarkan oleh pantulan cermin. Matanya yang berbinar indah, serta hidungnya yang mancung membuat Wanita tersebut terlihat sempurna.
"Duhh makin hari makin cantik banget sih gue," puji Azelina pada dirinya sendiri.
Seorang siswi menjawab, "Cantik buatan om-om, jual diri buat beli make up," ujar siswi tersebut setelah melewati Azelina.
Azelina menghela nafas, ia tau siswi itu merasa iri padanya. Lagi pula Azelina 'tak harus mengurus wanita sengklek itu.
Selesainya Azelina, ia keluar dari toilet dan mengarah ke kelasnya. Melalui koridor sekolah yang begitu ramai di penuhi para siswa, Azelina menyemaikan senyumannya.
Semua siswa tersebut menyapa Azelina dengan senyum yang merekah, melihat Wanita secantik Azelina seperti bertemu dengan bidadari.
"Zel, sumpah lo yang paling cantik deh, bohay lagi."
"Lain kali gue mau order ya Zel, masih ngumpulin duit nih."
"Hemm, habis kepanasan ngelihat ratu Azel membuat hati ini meleleh."
Pujian itu terdengar jelas di gendang telinga Azelina, rayuan-rayuan palsu dari mulut buaya seperti mereka tak perlu di pikirkan, tentu saja mereka melakukannya demi mendapatkan perhatian dari Azelina.
Kini pujian itu berubah seketika saat Azelina melewati para siswi yang sedang berkumpul, tampak jelas dari sudut pandang mereka yang begitu membenci Azelina.
"Noh, belatung lewat, uget-uget lagi di lantai."
"Jelas banget dari jalan kakinya, lonte parah abis."
"Langganan om-om, situ gak takut HIV!"
Sorak para siswi tersebut yang tetap membuat langkah kaki Azelina berjalan ke depan. Ia masuk ke dalam kelas, menghampiri Luna yang asyik mengunyah makanannya.
"Habis dari mana lo?" tanya Luna tanpa menoleh sedikitpun dari cemilannya.
"Toilet, lo makan gak bagi-bagi, haram tau kek gitu sama temennya," celetuk Azelina menarik bungkus makanan ringan milik Luna, ia menyuapi mulutnya untuk beberapa suapan.
"Sejak kapan gue haram, selama ini gue kerja ya, bukan nyolong di kantin," timpal Luna menambahnya dengan kekehan, pekerjaan keduanya sama-sama melayani klien mereka.
"Yee lo pikir gue bandit, ya kali gue nyolong makanan semurah ini," tuding Azelina ikut tertawa canda bersama Luna.
"Nyolong om-om aja udah cukup kita," timpal Luna membuat keduanya tertawa keras, seisi kelas menjadi menggelengkan kepala mereka mendengar kegilaan dua manusia tersebut.
♧♧♧
Azelina berjalan keluar dari kelas, pelajaran sudah berakhir dan saatnya pulang. Ia menggendong tas yang menggantung di belakang tubuhnya, dan mengarah ke parkiran.
Motornya yang terparkir di parkiran sekolah segera ia keluarkan, ia yang sudah lelah seharian ini mendengar materi guru-guru seketika ingin beristirahat di kamarnya.
Azelina mengendarai motor Scoopy itu, dan menancapkan gas hingga melaju di jalan raya. Sesampainya Wanita itu di asrama, ia di terhentikan oleh Luna yang menyinggahinya.
"Stop bentar, lo ikut gak?" Luna yang terlihat rapi dengan pakaiannya.
"Ikut kemana, lagian panas-panas gini lo mau ngapain sih," celetuk Azelina memeriksa wajahnya di kaca spion.
"Sore nanti ada acara klub di tempat dugem, lo harus ikutan deh," ajak Luna menyemaikan senyumannya. Sontak Azelina jadi bersemangat setelah mendengar ucapan Luna, tentu saja Wanita itu akan mengiyakan ajakkan Luna.
Azelina memarkirkan motornya sejenak, ia bergegas ke kamarnya dan membersihkan diri ke kamar mandi. Luna yang duduk di kasur kamar Azelina memperhatikan wajahnya di cermin rias Azelina.
Tak berlangsung lama, Azelina keluar dengan mengenakan baju handuk berwarna putih, serta rambutnya yang di tutupi handuk setelah berkeramas.
"Tumben acara kek gini lo gak tau, padahal kan udah di kabarin kemarin di grub," ujar Luna yang terus memoles wajahnya dengan bedak itu.
"Yee mana gue tau, lagian kan gue akhir-akhir ini males buka hape," cicit Azelina membuka lemari pakaiannya dan mulai mencari-cari dress untuk sore nanti.
"Jangan lupa bawa kondom lo, entar pas ketemu klien di sana lo lupa, hati-hati hamil," ledek Luna menertawakan Azelina yang sudah mendapatkan pakaiannya.
"Apaan sih, lagian gue gak niat buat gituan lagi sama om-om, gue mau damai dulu sama hidup gue," jawab Azelina menghela nafas kesalnya.
Luna yang mendengar omongan Azelina seketika terkekeh, mungkin saja apa yang di katakan Azelina itu benar, karena Luna sudah mengenal Azelina dari SMP, ia tak pernah berbohong.
Setelah selesai memilih pakaian itu, Azelina terlebih dahulu mendandani wajahnya agar terlihat menarik. Ia 'tak bisa hidup tanpa peralatan make up nya, bahkan sehari saja ia tidak menggunakan bedak, wajahnya terasa kaku dan berkeriput.
"Btw lo masih perawan gak sih?" seketika Luna menanyai Azelina tentang hal tersebut.
"Gila lo, lo kira gue mau apa ngasih mahkota gue ke orang-orang itu, lagian gue punya trik sendiri melayani mereka." Azelina tetap menarikan pouch make up nya, bergantian dari wajah kiri dan kanan.
"Widihh, trik apa coba, lagian om-om yang lo layani ganas semua, gak mungkin mahkota lo gak pecah," celetuk Luna sambil terkekeh.
Azelina terdiam, menurutnya ia tidak harus mendebatkan semuanya, jika ia berkata tidak sudah tentu jawabannya akan tetap tidak.
Setelah selesai merias wajahnya, Azelina memasang pakaian ke tubuhnya yang ramping itu. Dress yang berwarna biru muda itu terlihat sangat anggun di tubuh Azelina, ia yakin dengan pakaian itu, acara klub akan semakin megah dan meriah.
Luna yang tertegun melihat Azelina tersenyum di depan cermin, seketika ia seperti melihat sebuah penampakkan bidadari pada pantulan kaca cermin tersebut.
♧♧♧
BERSAMBUNG
(part selanjutnya akan hadir segera)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z E L I N A [COMPLETED]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Sulit hidup di dunia sekarang. Berbagai hal selalu menggunakan uang, lantaran mencari uang itu sendiri lebih menyulitkan. Ketika Wanita mengambil jalur sebagai pelacur, merelakan tubuhnya di santap pemburu. Apa yan...