"Sesuatu terjadi karena waktu, jika waktu itu berhenti, mungkin kejadiannya tidak akan berlalu"Aroma sabun mandi Azelina terbaur dari dalam kamar mandi. Pagi-pagi hari Wanita itu membersihkan dirinya, bahkan setelah beberapa jam dari matahari terbit.
Langkahnya perlahan membawa Wanita itu keluar dari dalam ruang mandi tersebut. Dengan baju mandi yang ia gunakan, serta handuk yang melingkar di kepalanya.
Seperti biasanya, Wanita itu akan mempoleskan beberapa bedak dan lapisan lain ke wajahnya. Tangannya yang sudah mahir menggunakan peralatan rias itu, berkaca-kaca di cermin yang berada di hadapannya.
"Gue mah cantiknya gak main-main. Cuma kalo gak pake bedak, gue mirip boneka hantu," ujar Wanita itu untuk dirinya sendiri.
Pujian itu seketika berakhir setelah ia selesai. Mengenakan pakaian Wanita pada umumnya saja, Azelina tetap mengeluarkan gairahnya sebagai seorang Wanita cantik.
Hari ini Azelina akan menjenguk kembali Ayah nya di rumah. Dengan mengendarai motornya, perlahan-lahan keluar dari gerbang asrama tersebut.
Jalan kota yang tidak sebegitu macet, membuat perjalanan Azelina cepat tanpa hambatan. Setelah melewati beberapa lampu merah, Azelina masuk ke sebuah jalan yang akan mengantarkannya ke kediaman Daud.
Azelina memarkirkan kendaraannya di tempat biasa. Menginjakkan kakinya kembali di rumah tersebut, dengan perasaan yang sama seperti dulu. Pandangan Azelina tertuju pada seorang Wanita yang tengah duduk di sofa ruang tamu, Ayunda.
"Papahmu sedang tidur, jangan ganggu istirahatnya," sahut Ayunda yang masih berada di tempatnya duduk.
Dengan memberanikan dirinya, Azelina duduk di antara kursi kosong yang berada di ruang tamu tersebut. Sesekali ia melirik ke arah Ayunda, dengan tatapan yang dingin.
"Akhir-akhir ini, Papahmu sering merasa lelah. Makan saja katanya tidak nafsu," ujar Ayunda.
Perkataan itu membuat Azelina terdiam, ia meluruskan pandangannya ke depan. Sembari bibir bawahnya yang ia gigit, menggambarkan suasana kekhawatiran di hatinya.
"Titip salam buat Papah." Azelina bangkit dari kursi yang ia dudukki. Bergegas pergi keluar dari ruang tersebut.
"Ck, tidak sopan," ucap Ayunda seakan merendahkan Azelina, sehingga langkah Wanita itu terhenti.
Azelina terpaku di tempatnya berdiri, sembari bibir bawahanya yang masih ia gigit. Beberapa detik setelahnya ia menarik nafasnya dalam-dalam.
"Jika saja kamu tidak menjadi pelacur, mungkin Papahmu tidak akan separah ini," pekik Ayunda dengan melempar buku yang tengah ia baca, ke atas meja.
Wanita itu berdiri menghadap Azelina yang membelakanginya. Kedua lengannya ia letakkan di atas perut, sedangkan Azelina meremas-remas jemarinya.
"Kamu tau. Banyak sekali penghinaan di keluarga ini, setelah rekan kerja Papahmu tau bahwa ia memiliki putri malam sepertimu," ucap Ayunda mendengus berusaha menahan emosinya agar tidak meningkat.
Tubuh Azelina berputar menghadapi Ayunda, hingga keduanya saling menatap satu sama lain.
"Mereka merendahkan bahkan memaki Papahmu. Hingga ia menahan diri sampai mengunsumsi obat penenang terlalu banyak. Setiap malam meminum air beralkohol guna menenangkan pikirannya agar tidak stress." Ayunda memalingkan pandangannya ke arah lain, seraya megerutkakan dahinya.
Azelina tertunduk, ia berusaha sekuat mungkin agar tidak hilang kendali.
"Dan kamu tau efeknya sekarang? Dia sakit karena kamu, karena menanggung rasa malu dari perbuatan kamu," timpal Ayunda menunjuk-tunjuk Wanita yang berada di depannya. Seolah-olah semua kesalahan ada pada Wanita tersebut.
Azelina memaksakan senyuman di bibirnya. Sedikit mulut yang membuka, memperjelaskan senyuman itu.
"Apa hubungannya denganku? Aku bukan siapa-siapa di antara kalian. Lagipula, di kartu keluarga kalian juga namaku sudah di hapus. Belum puas menyalahkan aku?"
Azelina beranjak pergi dari rumah tersebut. Mengebut di jalanan kota adalah satu cara untuk meredakan amarah sekaligus kekesalan. Hingga ia sampai di asrama dan termenung di parkiran, sembari mengingat masa yang lampau telah terjadi.
flashback on
"Papah ...hikss ...hiks, aku dimana?!" lirih Azelina yang berada di sebuah ruangan yang sangat gelap, kecuali di tempat ia berada. Menjerit memanggil Daud seorang Ayah yang ia butuhkan sekarang.
Raut wajahnya samar-samar menatap keadaan sekitar, di usia nya yang masih remaja, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Seketika terdengar sebuah langkah dari seorang Pria yang menggunakan penutup wajah berwarna hitam.
Di lihat dari segi pakaiannya yang seperti seorang preman, membuat jantung Azelina berdegup kencang.
"Suttttt ...."
Pria itu meletakkan jari telunjuk ke sudut bibirnya. Perlahan-lahan mendekati Azelina yang sedang ketakutan, berharap Pria itu tidak menyiksanya.
"Jangan mendekat!" tegas Azelina pada Pria itu, memundurkan langkahnya ke belakang.
Pria itu mengerang menarik Azelina, seakan-akan berusaha untuk melepaskan pakaian yang sedang ia kenakan. Tarikkan itu perlahan-lahan hampir berhasil membuat Azelina telanjang di tempat.
Perlawanan Azelina tidak cukup untuk menahan genggaman Pria tersebut. Hingga ia terkapar di tanah, dan di bawah kawasan Pria tersebut.
Pria itu membuka baju yang sedang ia kenakan, menampakkan dada serta bahu yang sudah menandakan bahwa Pria itu sudah tua.
Azelina kembali di siksa, rambutnya di tarik bahkan sesekali di cekek pada sebagian lehernya. Nafasnya terengah-engah, sehingga mulut Azelina di ikat menggunakan baju Pria tadi.
Dengan perlawanan yang lemah, Azelina mendorong Pria itu dengan kakinya. Setidaknya berhasil membuatnya terjatuh, namun tidak mencukup kemungkinan Azelina menang dalam perlawanannya.
Pria itu bangkit, menampar wajah Azelina hingga mengempis bahkan membiru. Sesekali Wajah Azelina di ludahi Pria itu, melekatkan lendir di beberapa bagian pipinya.
Beberapa detik kemudian, Pria itu membuka resleting celana jeansnya. Azelina yang tertunduk lemah 'tak berdaya, merasakan semburan air hangat yang membasahi rambut hingga ke beberapa bagian tubuhnya. Pria itu melecehkan Azelina, membuang kotoran urine nya ke Azelina, seakan-akan mengira bahwa Azelina menikmatinya.
Pria itu pergi meninggalkan Azelina, sebelum itu ia menendang kaki Azelina sehingga menimbulkan kenyerian yang teramat dahsyat ia rasakan. Seketika Azelina bangkit, mencari jalan keluar dari ruang jahanam tersebut.
Beruntungnya, Azelina menemukan terobosan jendela yang berada 'tak jauh dari tempat sebelumnya. Azelina keluar, dengan pakaian yang sudah kotor, bahkan dengan aroma pesing di sekitaran tubuhnya.
flasback off
Azelina menutup matanya rapat-rapat, menarik nafas dalam-dalam guna menenangkan pikirannya. Awal mula mengapa ia menjadi pelacur, alasannya karena trauma pada kejadian itu, hingga membuatnya stress dan memilih untuk menjadi pelacur.
Kejadian itu di ketahui oleh keluarga Papahnya. Sampai saat ini, Azelina tidak mengenal siapa Pria yang tega melecehkannya. Namun, mengenal usia Pria itu yang sudah tua, Azelina yakin dia sudah meninggal.
Takdir memang tidak di ketahui, Azelina menjadi pelacur juga karena hinaan semua orang. Di tambah dengan kutukkan Ayunda yang melekat erat di jiwa Azelina.
"Anak pembawa sial!"
♧♧♧
BERSAMBUNG
(waiting for next part^^)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z E L I N A [COMPLETED]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Sulit hidup di dunia sekarang. Berbagai hal selalu menggunakan uang, lantaran mencari uang itu sendiri lebih menyulitkan. Ketika Wanita mengambil jalur sebagai pelacur, merelakan tubuhnya di santap pemburu. Apa yan...