41 | Patah
[]
Denver mengusap wajah. Setengah gelas air minum dingin bahkan tidak mampu menjernihkan isi pikirannya. Ia menumpukan kedua telapak tangan di meja makan, merasakan permukaan kaca yang sedikit lembap. Wajah Denver yang terlihat gusar membayang di meja kaca.
Runa jelas terluka. Bayangan selepas Denver mengantarkan Runa pulang meluap ke permukaan. Wajah yang biasanya ceria, kini meredup. Tidak ada lagi omelan Runa yang terkadang membuat dirinya jengkel sendiri. Selepas penolakan itu, akankah Runa memaafkannya? Atau justru memberi jarak sampai lukanya benar-benar sembuh?
Merasa sudah cukup tenang, Denver berlalu ke kamar setelah menyambar sebotol minuman berperisa jeruk. Seperti biasa, rumah tampak sepi. Ayah belum pulang. Bi Sasmi sendiri telah berlalu ke kamarnya, selepas mencuci piring yang kotor.
Denver menutup pintu kamar, pandangannya menyapu sekitar. Mencari sebuah benda pipih yang ternyata berada di bawah bantal. Tangan Denver sibuk menggulir layar, mencari sebuah nama. Sambungan telepon berhasil terhubung pada dering pertama.
“Kenapa, Den?” sambar Mario di ujung sana. Suaranya terdengar santai, bahkan Mario sempat-sempatnya bersendawa. Sepertinya baru habis makan malam. Bisa dipastikan, cowok ini belum mendapatkan kabar apa pun dari Runa.
Denver menarik napas perlahan. “Runa ….”
Kata-katanya seolah tersangkut di kerongkongan. Denver juga tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kalau ia baru saja membuat Runa patah hati.
Dugaan Zetta dulu juga sempat mengganggunya. Kata Zetta, Mario mungkin saja menyukai Runa. Benar-benar rumit jika saja kenyataannya memang demikian. Itu artinya, sama saja Denver mencari masalah dengan Mario.
“Runa kenapa?” Mario bertanya untuk kali kedua. Satu kali terabaikan, cowok ini rupanya masih belum menyerah.
“Coba jujur.” Denver duduk di pinggir tempat tidur, matanya memandang lurus meja belajar. “Apa arti Runa buat kamu?”
“Hah?” Mario memekik. “Apaan sih.”
“Kamu ngelak,” ujar Denver. “Jangan bilang, Runa cuma sekadar temen kamu doang buat kamu. Itu kedengeran basi banget.”
Benar-benar basi, lanjut Denver dalam hati. Ia meringis mendengar perkataannya sendiri kepada Mario. Hal yang sama sudah ia tunjukkan pada yang bersangkutan. Runa hanya sebatas teman, untuk dirinya. Berbanding terbalik dengan cewek itu. Tanpa ia duga sebelumnya, ternyata Runa menyimpan perasaan suka yang entah sejak kapan muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denver [End]
JugendliteraturTidak seperti cowok kebanyakan, Denver menyukai bunga. Bukan sekadar suka, Denver pun menaruh harapan dan rindu yang tak tersampaikan. Zetta, cewek yang awalnya membenci Denver, berbalik melindungi cowok itu. Zetta tidak bisa tinggal diam saat seant...