TENTANG RASA

79 15 0
                                    

Tuhan, boleh aku meminta satu permintaan kepadamu? Kumohon tuhan, aku hanya ingin bersamanya selalu. Dimulai dari hari ini,  dan sampai maut yang memisahkan:)

Sintia__

🍁🍁🍁🍁🍁

Jam sudah menunjukan pukul set8 malam. Sintia masih menggenggam erat ponselnya di telapak tangannya. Ia masih menunggu seseorang yang janjinya akan menjemputnya untuk membelikannya seblak.

Aneh.

Saat asik memainkan ponselnya, Sintia mendengar namanya di panggil oleh orang bawah.

"Sintia! ada temen kamu tuh nak, cepat kebawah!" Ucap Rina berteriak.

"Iyaa mahh bentarr." Sintia buru-buru keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga lalu menghampiri mamahnya.

"Siapa mah?" Tanya Sintia.

"Teman sekolah kamu."

"Kak Angga? Atau kak David?"

"Bukan. Udah sana samperin aja." Sintia menghela nafasnya pelan. Dengan malas ia keluar dari rumahnya. Sintia mengerutkan keningnya setelah melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

"Satya?"

Satya tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Iya ini gue." Balas Satya.

"Lah? Nubah? Kok lo bisa bareng sama Satya? Kalian pacaran?" Tanya Sintia bingung.

"Enak aja kalo ngomong. Gue cuman numpang aja sama Satya sekalian pulang." Ucap Nubah yang baru saja turun dari motor milik Satya.

"Emangnya lo abis dari mana?" Tanya Sintia.

"Supermarket." Balas Nubah.

Sintia mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Dan melihat banyak sekali kantong plastik yang pastinya isinya banyak makanan.

"Lo mau kemana Sin? Kok tumben rapih gini?" Tanya Satya memperhatikan Sintia dari bawah sampai atas.

"Eh? I-ini, gue mau ke__" Ucapan sintia terpotong setelah mendengar bunyi motor berhenti tepat di depan rumah Sintia.

Yapss. Benar, itu Angga. Lelaki itu baru saja sampai dan langsung turun dari motornya dan menghampiri mereka bertiga.

"Ngapain kalian ada disini?" Tanya Angga datar.

"Ya terserah kita dong mau ngapain juga." Balas Nubah enteng.

Angga berdecak pelan. "Ayo Sin kita jalan. Nanti kemaleman." Sintia hanya mengangguk lalu menatap Satya dan Nubah dengan mengisyaratkan bahwa dirinya pamit.

Sintia menaiki motor Angga dengan hati-hati. Ah! Mengapa dirinya menjadi ling-lung sekarang?

"Pegangan." Perintah Angga.

Sintia tidak mendengar ucapan Angga. Ia malah masih fokus dengan tatapan yang mengarah ke Satya dan Nubah yang sedang memperhatikannya.

Angga berdecak kesal lalu dengan cepat ia menggaskan motornya dengan kencang dan membuat orang yang di boncengannya terpelonjak kaget. Alhasil Sintia langsung memeluk tubuh Angga sangat kencang.

Angga diam-diam tersenyum miring. Akhirnya ia bisa membuat lelaki itu panas ketika melihatnya pergi dengan Sintia saat ini.

Nubah yang masih setia di depan halaman rumah Sintia ia menatap tidak tega oleh Satya. Bagaimanapun, Nubah tau perasaan Satya untuk sahabatnya itu. Tetapi apa yang harus Nubah lakukan? Ia juga tidak bisa memaksakan Sintia untuk membagikan cintanya. Itu memang bodoh!

Your Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang