Kita berada di satu tempat yang sama, tetapi seperti ada dinding besar yang menghalanginya.
Sintia_
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Malam berganti pagi. Matahari yang semalam mengumpat kini sudah memperlihatkan bentuknya kembali. Terik matahari membuat gadis yang sedang tertidur terusik karna pantulan cahaya matahari dari luar menembus jendela kamarnya.Sintia mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. Ia sesekali menguap karna masih ada rasa kantuk yang menyelimutinya.
Sintia bangkit lalu mengambil handuk kesayangannya dan langsung memasuki kamar mandinya. Selesai membersihkan tubuhnya, ia cepat cepat memakai kaos olahraga sekolahnya.
Sintia menatap pantulan wajahnya di kaca kamarnya dengan datar. Ia melihat wajahnya yang lesu dan tidak bersemangat. Matanya yang di bulati lingkaran hitam seperti panda dan bola matanya juga yang memerah. Ia lelah, setiap malam selalu saja mengingat Angga. Lagi, lagi dan lagi.
Tak ingin berlama lama, Sintia mengambil tas yang tergantung di dekat lemarinya lalu merangkul dengan satu pundaknya. Kemudian ia keluar dari kamarnya.
Sintia turun dari anak tangga, dari situ ia sudah bisa melihat kedua orang tuanya, dan jangan lupakan juga dengan lelaki yang kini sudah menjadi bagian dari keluarganya.
"Pagi-pagi udah di tekuk aja tuh muka," Ujar David yang melihat Sintia datang ke meja makan dengan wajah datar nya.
Sintia melirik David malas, lalu ia melahap nasi goreng yang sudah mamahnya siapkan.
"Hari ini kamu ayah antar sekolah ya?" Ajak Dimas dengan mulut yang di penuhi nasi gorengnya.
Sintia yang sedang asik melahap makanan ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Lah? Gausa yah, aku kan bareng sama kak Ang_" Ucapan Sintia menggantung ketika dirinya baru sadar dengan ucapannya. Mengapa ia bisa lupa? Lupa jika ia dan Angga sudah tidak seperti dulu.
"M-maksud aku, aku bareng sama kak David," Sambung Sintia lalu memilih untuk melanjutkan makannya.
David dan Rina menatap sintia tak tega. Ia tau, pasti gadis itu masih belum bisa melupakan masa lalunya. Bagaimana pun juga, Angga masih menjadi cinta pertamanya.
Dimas yang mendengar ucapan putrinya hanya bisa mengangguk pasrah.
Selesai sarapan, Sintia dan David berpamitan kepada Rina dan Dimas. Tak lupa ia menyalami tangan keduanya.
Sebelum David dan Sintia pergi pun, Dimas lebih dulu menahan keduanya untuk menerima uang saku untuk sekolah. Dimas membagi sama uang sekolah ke Sintia maupun David. Karna Dimas pun sudah sepenuhnya menyayangi David dan benar benar mengganggap David seperti anak kandungnya sendiri.
David sebenarnya sangat tidak enak hati menerima uang pemberian dari Dimas, tetapi ia pun harus menghargainya. Sangat bahagia rasanya karna sekarang dirinya sudah mendapatkan apa yang ia inginkan sejak dulu. Kasih sayang. Walau Dimas dan Rina memang bukan orang tua kandungnya, akan tetapi kasih dan sayang dari keduanya sudah cukup David jadikan alasan untuk menganggap mereka seperti orang kandungnya sendiri.
Setelah beberapa lama di sepanjang perjalanan. Akhirnya motor david berhenti di parkiran halaman sekolahnya. Ia memakirkan motornya di tempat biasa ia dan keempat teman temannya tempati. Tak ada satu orang pun yang berani memakirkan kendaraannyar di wilayah mereka.
Baru saja Sintia turun dari motor David. Kontak matanya menangkap sosok laki laki yang juga baru sampai ke tempat parkiran sekolah. Dan lelaki itu tidak sendiri, ia bersama gadis di belakangnya. Ia memakirkan motornya tepat di sebelah motor David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Story [COMPLETED]
Teen Fiction(TAHAP REVISI⚠!) [WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] [JANGAN LUPA VOTE AND COMENNYA] [Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD. Semakin lama mengikuti alur, semakin rap...