Kau memang sangat pandai menyembunyikan semua masalahmu menggunakan senyum manismu itu. Sampai aku pun sama sekali tidak menyadari, jika semua itu hanya tanda maaf sebelum kamu melukai.
Sintiaa_
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi hari yang cerah membuat lelaki yang berada di bawah selimut itu semakin ingin berlama lama memejamkan kedua matanya. Tetapi ia harus terbangun karna ini hari sekolah.
Angga beranjak bangun dari tidurnya dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Selesai itu, ia memakai seragam sekolahnya dan langsung keluar dari kamarnya. Kemarin malam angga memang tidur dirumahnya. Bukan berarti ia ingin kembali tinggal disini, melainkan ia hanya rindu pada kamarnya.
Baru saja angga turun dari anak tangga rumahnya, matanya langsung menatap ke arah yang sedang memperhatikannya di ruang tamu. Angga menatap mereka dengan rasa malas, ia tau. Ayahnya mengisyaratkan angga untuk terlebih dulu duduk disebelahnya.
"Kamu baru bangun?." Tanya wanita itu.
Angga hanya mendeham sebagai jawaban. "Ada apa? Mau bahas soal perjodohan? Gapenting. Angga mau berangkat sekolah." Ucap angga datar.
"Tidak penting bagimu, tetapi penting bagi saya dan keluarga saya. Lagipula semua orang terdekat dan kerabat kerabat saya sudah mengetahui kalau putri saya akan segera di jodohkan oleh kamu." Balas riki tegas.
"Terus? Masalahnya sama saya apa?." Tanya angga menantang.
"Saya tidak mau tau, dari awal ayahmu sudah menyetujui pertunangan ini. Jika ini dibatalkan, saya tegaskan sebentar lagi perusahaan milik ayahmu itu akan turun secara perlahan!" Ujar riki.
Angga hanya menatap geli terhadap riki. Baru ini ia menemui lelaki yang mempunyai pikiran seperti itu.
"Mending lo terima aja. Lagipula kan lo emang suka sama zingga. Jadi apa yang mau lo raguin lagi?." Sahut gian yang memang sedaritadi duduk bersama mereka.
"Itu dulu!" Balas angga sinis.
"Kenapa sekarang engga? Atau karna sintia?." Tanya zingga kesal.
"Gausa bawa bawa nama cewek gue!" Ujar angga lalu ia langsung beranjak berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk keluar dengan tas yang ia taruh di satu pundak tangannya. Ia lebih memilih tidak merespond mereka daripada harus menghabiskan waktunya yang sangat penting itu.
"Bagaimana ini?." Tanya riki pada fadli setelah ia melihat angga yang sudah keluar dari rumahnya.
Fadli tidak menjawab pertanyaan riki. Ia memang sudah tak tau harus memaksa angga seperti bagaimana lagi.
"Saya tidak mau tau, perjodohan ini harus tetap berjalan lancar. Jangan sesekali mempermalukan saya didepan semua orang, atau perusahaan kalian yang jadi taruhannya!" Ucap riki lalu mengajak zingga dan istrinya keluar dari rumah milik fadli.
"Ayah tenang aja. Serahin semuanya sama gian." Ucap gian lalu diberi senyuman dari fadli. Mungkin bagi gian senyuman milik ayahnya itu sudah biasa ia lihat untuk dirinya. Tetapi senyuman itu sama sekali tidak berlaku bagi angga. Jangankan tersenyum, menatap wajah angga dengan tulus pun tak pernah ayahnya lakukan. Jujur saja, angga memang merindukannya.
Baru saja angga ingin menaiki motor kesayangannya, tiba tiba lengannya di tahan oleh zingga yang baru keluar dari rumahnya.
"Tunggu aku. Kamu harus dengerin aku dulu." Ujar zingga.
"Gabisa. Lo engga liat ini udah jam berapa?!" Tegas angga.
"Sebentar aja ini penting!" Angga mengangguk pasrah ajakan zingga. Ia berdua memilih berbincang dia belakang rumah angga yang ada taman disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Story [COMPLETED]
Teen Fiction(TAHAP REVISI⚠!) [WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] [JANGAN LUPA VOTE AND COMENNYA] [Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD. Semakin lama mengikuti alur, semakin rap...