🍁BAB 6 | KEKHAWATIRAN🍁

1.7K 92 7
                                    


Perempuan
Selalu mengalah,selalu berkorban,dan selalu salah dimata laki-laki.

🍁🍁🍁

"Mahen pernah pacaran?"

Mahen menatap Arsya tajam. Rasanya ia tak suka dengan kata itu. Mahen tak suka jika di tanya soal perempuan. Baginya semua perempuan itu sama saja,sama-sama menyakiti dan menghilangkan kebahagian terbesarnya.

Kringgg

Belum sempat ada jawaban dari Mahen,ternyata bel pulang sudah berbunyi.

"Kalau Mahen nggak mau jawab nggak papa. Kita pulang aja,udah bel." Ujar Arsya mengalah,ia berfikir Mahen pasti tak akan menjawab pertanyaannya tadi.

"Gue benci perempuan." Ungkap Mahen membuat Arsya terkejut mendengarnya.

Arsya berpikir keras,kenapa jawaban Mahen seperti ini. Rasanya ada rasa dendam yang mendalam di hati Mahen.

"Pacar Mahen dulu nyatikin Mahen?" tanya Arsya.

Mahen menggeleng,ia kembali bungkam tak menjawab. Rasanya gadis ini tak perlu tahu masa lalunya,toh dia bukan siapa-siapa.

"Buruan gue temenin lo jalan sampe gerbang."

"Iya. Makasih Mahen."

🍁🍁🍁

Kini Arsya sendiri menunggu Mang Damang menjemputnya. Setelah beberapa menit yang lalu Mahen pergi dengan sendiri nya,tanpa memberi tahu mau pergi ke mana. Arsya tau pasti Mahen mau pulang,tapi setidaknya Mahen bilang terlebih dahulu,bukan menghilang seperti sekarang. Ya begitulah Mahen,Arsya paham dan Arsya sudah memakluminya.

Rasanya ingin sekali mengulang moment di UKS tadi. Bagi Arsya moment tadi adalah moment ter uwu dalam hidupnya.

"Mahen bisa buat Arsya nyaman senyaman Itu. Cuma dengan Mahen ada di dekat Arsya terus. Arsya senang banget!" batin Arsya sambil cengar-cengir tak jelas.

Padahal Arsya harus memikirkan jawaban atas pertannyaan orang rumah nanti. Terutama Mamanya,pasti beliau akan mengucapkan celotehan yang sangat panjang setelah melihat satu pipi Arsya lebam seperti sekarang. Tapi Arsya terlihat santai-santai saja,tetap tenang dan malah merasa senang setelah kejadian tadi.

Tin

Suara klakson mobil terdengar. Arsya tersadar,ia pun dapat melihat mobil alphard putih dengan supir memakai kaca mata hitam sudah berada di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Mang Damang.

"Selamat sore Mba Arsya." Sapa Mang Damang sembari membuka kaca matanya. Kedua mata Mang Damang seketika membulat,setelah melihat pipi kanan Arsya.

"Ini mata saya nggak salah kan. Itu pipi Mba Arsya kenapa,hadeuh cantik mba Arsya berkurang 0,1% kalau begini." Heboh Mang Damang.

Arsya bergidik ngeri,tak menyangka ternyata mulut Mang Damang tak kalah heboh dari Mak-mak komplek.

Arsya segera masuk ke dalam mobil. Baru saja Arsya akan memasang seatbelt beribu-ribu pertannyaan langsung di lontarkan Mang Damang.

"Mba Arsya itu seriusan pipinya kenapa?"

"Mba Arsya apa kita perlu ke rumah sakit dulu."

MAHEN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang