Suatu saat akan ada saatnya perasaan,perjuangan dan pengorbanan TERBALASKAN.🍁🍁🍁
Arsya berjalan menuruni tangga cepat,setelah ia berganti pakaian dan bersih-bersih ia segera berjalan menuju ruang makan.
Sudah ada Mahen yang duduk diantara keenam kursi makan.
Mata Arsya membulat seketika,seoalah tak percaya setelah melihat Mahen memakai kemeja milik papanya. Kemeja berwarna merah maron itu memang terlihat sangat pas di badan Mahen.
"Mahen ganteng banget," lirih Arsya sembari geleng-geleng.
"Mahen mirip lo kayak papa kamu waktu muda." Timpal Bu Sovia sembari menyiapkan piring.
"Seriusan ma?" tanya Arsya penasaran.
"Iya seriusan. Kemeja yang Mahen pakai itu kemeja papa kamu dulu."
"Mahen cocok nggak ma?" Arsya menggantungkan pertanyaannya.
Bu Sovia menarik satu kursi dan duduk.
"Cocok apa?"
"Jadi calon mantu." Ujar Arsya malu-malu.
"Arsya kamu ini!" tajam Bu Sovia merasa tak enak.
Mahen tersenyum tipis.
"Makasih tante udah pinjamin Mahen baju dan di ajak dinner sekalian."
"Sama-sama ganteng,tante seneng kok kalau ada temen Arsya yang main kesini."
"Ma bukan temen,tapi calon mantu." Bisik Arsya.
Bu Sovia menghiraukan putrinya itu,ia memutuskan untuk mengambilkan Mahen nasi dan lauk pauk.
"Udah tante segini cukup," ucap Mahen.
"Lauk nya mau apa?" tanya Bu Sovia.
"Rendang daging aja tante." Balas Mahen.
"Nih buat kamu,selamat makan."
"Kalau ada Mahen,Arsya di lupain." Cibir Arsya merasa iri karena mamanya lebih perhatian kepada Mahen.
"Ini buat kamu sayang,selamat makan."
"Makasih ma,Arsya sayang mama."
Entah kenapa Mahen merasa iri melihat Arsya dan Mamanya. Mereka berdua terlihat saling menyayangi,senyum mereka mengembang tulus,sedangkan Mahen dia tidak memiliki sosok Mama yang seperti Mama Arsya. Bahkan jauh dari sebutan mama,rasa benci dan rasa sakit masih membekas di hati.
"Mba Arsya ini ada kiriman bunga." Ujar Mang Damang.
"Dari siapa mang?" tanya Arsya bingung.
"Kata pengirimnya suruh baca suratnya aja." Jelas Mang Damang.
Arsya segera berjalan ke arah Mang Damang segera memegang bunga itu. Arsya mencari di mana surat yang dimaksud namun Arsya tidak menemukan apa-apa.
"Kok nggak ada yang Mang suratnya?"
"Lah tadi pengirimnya bilang ada suratnya."
"Ya udah mang makasih ya."
"Arsya lanjutin makan kamu dulu,mama udah selesai makan mau ke Lamar dulu."
"Mahen tante tinggal nggak papa kan."
"Iya tante."
Bu Sovia pergi meninggalkan ruang makan. Hanya ada laki-laki yang sibuk memakan rendang daging dan seorang gadis yang sibuk mencium aroma bunga tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...