06.00
Arsya dan Mona sudah siap untuk berangkat. Kini mereka sedang menikmati sarapan pagi bersama bu Sovia. Bu Sovia membuatkan kedua gadis cantik tersebut roti isi dan susu hangat.
"Arsya hati-hati ya. Jangan kecapekan juga. Mama izinin kamu ikut camping tapi mama nggak mau waktu pulang kamu sakit." Ujar Bu Sovia mengingatkan putri satu-satunya itu.
"Iya ma. Lagian Arsya udah besar. Arsya bisa jaga diri." Balas Arsya sedikit sebal,ia merasa dianggap seperti anak kecil.
"Tante tenang aja,nanti Mona bakal jagain Arsya." Sela Mona.
"Terimakasih cantik. Kamu juga hati-hati ya." Bu Sovia tersenyum hangat kepada gadis yang nampak lahap memakan sarapan pagi ini.
"Tante emang jago masak. Top markotop deh,Mona baru makan roti isi seenak ini." Ujar Mona dengan mulut penuh.
"Kebiasaan kalau makan,ngomong!" sindir Arsya langsung.
Mona menoleh,setelah makanannya tertelan. Ia memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Baik ibu Arsya,saya tidak akan mengulangi lagi." Ujar Mona.
"Papa kapan pulang ma?" tanya Arsya.
"Harusnya kemarin,tapi kata papa dia mau lanjut meeting di Bali."
Arsya mengangguk mengerti.
"Mama nggak papa Arsya tinggal sendiri?"
"Nggak papa sayang. Udah enjoy aja campingnya."
"Arsya sayang mama."
"Mama juga sayang kamu."
"Mona boleh sayang juga nggak sama tante?"
"Boleh sini,tante peluk."
Mereka bertiga berpelukan,sangat erat. Setelah itu Arsya dan Mona di antar Bu Sovia berjalan keluar.
"Mang Damang,dua princess nya udah siap!" seru Bu Sovia.
"Waduh saya harus mengantar bidadari kemana ini?" tanya Mang Damang.
"Ke sekolah. SMA Arsya ada agenda camping dua hari di puncak."
"Selamat bersenang-senang ya mba Arsya dan Mba siapa ini?" Mang Damang menghentikan ucapannya karena tak tau siapa nama gadis seusia Arsya ini.
"Mona." Ujar Mona.
"Dona?" tanya Mang Damang.
"Mona." Ujar Mona lagi.
"Nona?" tanya Mang Damang ngawur.
"Mona. M-O-N-A." Jelas Mona dengan suara lebih keras.
"Oalah mba Mona. Namanya susah bener."
"Ya udah Arsya sama Mona berangkat dulu ya ma."
"Hati-hati."
"Berangkat dulu tante."
"Da..."
🍁🍁🍁
Mahen dan Steven sudah berada di dalam lift apartment. Mereka akan segera berangkat.
"Hen bawa mobil gue aja." Ujar Steven.
"Naik motor aja lah,biar nggak macet." Tolak Mahen.
"Lo nggak kasian sama gue." Steven memperlihatkan barang bawaannya yang terlihat sangat banyak. Ada dua Buah koper,satu tikar,dan satu tas ransel yang ia pakai.
"Siapa suruh bawa barang sebanyak itu. Lo mau pindahan?" heran Mahen.
"Ini semua barang-barang penting. Jadi harus di bawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...