🍁BAB 2 | BENTAKAN🍁

2.4K 129 12
                                    

Di bentak dikit aja Arsya nangis. Apa lagi kehilangan orang yang Arsya sayang. Bisa bunuh diri di tempat mungkin.

🍁🍁🍁


Arsya merasa sangat gugup duduk di sebelah Mahen si dingin itu. Namun ada rasa senang juga yang dapat Arsya rasakan.

Arsya merogoh tas berwarna pink miliknya. Ia mencari dimana tempat pensilnya,apa dia lupa tidak membawanya hari ini. Bodoh sekali!

Arsya bingung harus apa sekarang. Teman-temannya nampak serius mengerjakan soal ulangan biologi. Arsya tidak mau mengganggu mereka, apa lagi menjadi pengacau konsentrasi mereka.

Arsya melirik ke samping,ke arah laki-laki yang menjadi teman sebangkunya.

Arsya memberanikan diri untuk bertanya kepada Mahen,apa dia membawa bolpen lagi? Selain bolpen yang ia pakai.

"Mahen punya bolpen berapa?" tanya Arsya berbisik.

Mahen hanya diam. Seperti biasa ya begini lah sikap Mahen.

"Arsya lupa bawa tempat pensil Arsya. Kayaknya ketinggalan deh di meja belajar waktu Arsya belajar semalem." Sambung Arsya masih dengan nada suara pelan.

Tak ada balasan dari Mahen.

Arsya menatap kertas ulangannya pasrah. Ia dapat melihat kertas putih itu masih kosong,tidak ada torehan tinta pena di sana. Bagaimana ini,bagaimana jika waktu habis dan Arsya belum menjawab soal satu pun.

"Ambil aja." Tiba-tiba terdengar suara itu dari laki-laki yang duduk disebelah Arsya.

Arsya mendongakkan kepalanya,senyumnya mengembang lebar. Seolah tidak percaya.

"Seriusan,Mahen bolehin Arsya pinjem bolpen punya Mahen?" tanya Arsya memastikan.

Mahen menoleh,menatap dengan tatapan datar.

"Boleh? Seriusan boleh?" ulang Arsya.

Mahen mengangguk pasrah. Ia tidak tega melihat gadis di sampingnya menatap ke kertas soal ulangan biologi dengan tatapan pasrah. Seperti menyerah,hanya berharap akan ada keajaiban saja yang datang.

"Makasih Mahen. Baik banget deh." Ucap Arsya keras membuat seisi kelas menoleh ke arah mereka.

"Arsya kamu mau tanya jawaban ke siapa?" tanya Bu Liana guru Biologi.

Arsya tersenyum malu. Ia menggeleng cepat. "Arsya nggak mau tanya ke siapa-siapa kok bu."

"Ya sudah cepat kerjakan soal itu."

Arsya mengangguk. Ia sedikit mendekatkan duduk nya ke arah Mahen.

"Mahen makasih ya."

Kringg

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa segera mengumpulkan lembar jawaban ke depan. Arsya juga sudah selesai mengerjakan soal-soal itu, hal ini tak lepas berkat bolpen milik Mahen. Bolpen berwarna gold itu memang terlihat sangat indah. Dia bagaikan malaikat penyelamat bagi nilai Arsya.

"Mahen makasih ya. Ini Arsya kembaliin bolpennya."

Mahen hanya menatap Arsya sekejap,kemudian ia berjalan pergi keluar kelas dengan headphone yang terpasang di telinganya.

Arsya hanya terdiam,bingung bagaimana nasib bolpen ini?

"Arsya." Panggil teman sekelas Arsya. Dia Mona.

Arsya tersenyum ramah. "Iya." Balasnya.

"Gue Mona." Ujar Mona.

"Lo beruntung banget bisa duduk sama Mahen." Lanjutnya sambil mengambil duduk di samping Arsya,tepatnya di bangku Mahen.

MAHEN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang