Arsya terbangun di tengah malam yang cukup dingin. Ia merasa ingin ke toilet sekarang,karena sudah tidak bisa menahan lagi.
Arsya membangunkan teman tidur di sebelah nya,namun Mona hanya sekedar mengeliat saja tak kunjung bangun.
"Mona temenin Arsya ketoilet yuk," lirih Arsya membangunkan gadis yang masih tertidur pulas.
"Mona ayo," Arsya menggoyang-goyangkan tubuh Mona terus menerus.
"Ke toilet sendiri aja lah Sya,masak nggak berani." Desis Mona.
"Ini udah malem banget. Nanti kalau Arsya kesasar gimana?"
"Ayolah Mon," Arsya masih terus-terusan merengek agar Mona mau menemaninya.
"Udah sana sendiri aja. Toilet nya nggak jauh kok dari sini." Balas Mona masih menolak.
Arsya menghebuskan nafas kasar,merasa kesal dengan Mona.
"Ya udah Arsya ke toilet sendiri." Pungkas Arsya ia segera keluar dari tenda berwarna biru tersebut.
Arsya kini berjalan sendiri,celingukan mencari dimana keberadaan toilet tersebut. Apa yang di bilang Mona ternyata salah,jarak antara toilet dengan tenda mereka cukup jauh.
Setelah berjalan kira-kira satu kilometer akhirnya Arsya menemukan toilet tersebut. Ia segera masuk ke dalam.
Beberapa menit setelah Arsya selesai melakukan ritualnya,ia memutuskan untuk kembali ke tenda. Arsya merasa sedikit takut karena keadaan sekitar memang sangat mencengkam. Hanya terdengar suara jangrik yang bersenandung dan angin sepoi malam yang terasa sangat dingin.
Arsya sudah berjalan cukup jauh. Tapi kenapa dia belum menemukan tenda-tenda rombongan Galaksi yang berdiri. Semuanya terlihat sepi,hanya ada pohon-pohon yang berdiri kokoh dan besar. Arsya dimana sekarang? Apa Arsya masuk ke dalam hutan? Arsya harus apa sekarang?
Arsya dapat mendengar jelas suara hewan-hewan hutan yang cukup menyeramkan. Tubuhnya gemetar,jantungnya berdegup sangat kencang,air matanya perlahan mulai jatuh.
"Arsya dimana sih? Kok sepi,kalian semua kemana?" teriak Arsya.
"Arsya takut tolongin Arsya." Lanjutnya parau. Arsya merasa sangat takut,ia mencoba merogoh saku celana tidurnya mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang.
"Arsya telepon Mahen," Arsya sibuk mencari dimana nomor Mahen. Akhirnya ia menemukan nomor tersebut,Arsya mencoba meneleponnya.
Periksa koneksi internet anda.
Bodoh sekali! Arsya sekarang sedang berada di hutan,tentu saja tidak akan ada sinyal di sini. Ketakutan Arsya semakin menjadi-jadi. Ia hanya bisa duduk melipat kedua tangannya dan menenggelamkan seluruh wajahnya.
Mona meraba-raba matras di samping nya. Ia bangun dan menoleh ke samping. Kedua matanya seketika terbuka lebar,ia merasa khawatir karena Arsya belum juga kembali. Mona memutuskan untuk keluar,mencari Arsya di sekitar tenda. Namun ia masih belum berhasil menemukan Arsya.
"Arsya lo kemana?" lirih Mona cemas. Ia memutuskan untuk melapor kepada Bu Ersya selaku kepala sekolah.
Untung saja semua guru masih belum tertidur. Mereka sedang melakukan renungan malam di depan tenda guru.
"Saya merasa anak-anak pasti senang dengan kegiatan ini. Mereka bisa menghirup udara segar,apalagi kelas 12 mereka bisa sedikit tenang menghadapi ujian nanti." Ujar Bu Ersya,guru lain mengangguk setuju.
"Maaf pak bu," ujar Mona dengan nafas terengah-engah. Raut mukanya terlihat sangat tegang dan khawatir.
"Ada apa Mona? Sudah malam tapi kenapa kamu masih kelayapan?" tanya Bu Ersya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...