Perempuan itu kembali. Hanya untuk berpamitan dan berminta maaf,apakah semudah itu meminta maaf? Dan apakah semudah itu memaafkan?🍁🍁🍁
Arsya sudah cantik memakai baju kebaya pemberian Oma Wanti. Kini ia berada di dalam kamarnya bersama Oma Wanti. Tepatnya berada di hadapan kaca. Di belakang Arsya terlihat wanita paruh baya,dengan wajah sedikit keriput sedang sibuk menyisir rambut panjang Arsya."Arsya,Oma takut kalau Mahen bakal tau masalah mamanya." Ujar Oma Wanti.
Arsya menghembuskan nafas,"oma tenang aja. Ponsel Mahen Arsya bawa kok,remot TV juga udah Arsya simpan. Jadi Mahen nggak bakal tau berita soal mamanya."
"Mahen marah ponselnya kamu bawa?" tanya Oma.
Arsya menggeleng cepat," nggak kok Oma. Arsya bilang mau patroli isi hp Mahen,siapa tau ada cewek lain." Ujar Arsya terkekeh.
Oma meletakan sisir di atas meja rias tersebut. Mengelus-elus pelan puncak kepala gadis yang nampak seperti bidadari.
"Semoga suprais kita berhasil,dan Mahen juga bakal bahagia di hari ulang tahun nya." Ujar Oma.
Pukul 19.00
Mahen sudah menunggu kedua wanita yang sangat ia sayangi turun,Mahen sudah menebak,dengan kekuatan instingnya Mahen tau pasti mereka berdua sudah mempersiapkan suprais di hari ulang tahun nya. Tepat sekali di hari ini Mahen berusia 18 tahun.
Mahen hendak berjalan ke arah tangga. Menyusul kedua wanita itu. Namun langkahnya terhenti,setelah kedua manik matanya mendapati seorang gadis turun dengan memakai baju kebaya warna gold terlihat sangat cantik,anggun dan memikat. Siapa lagi kalau bukan gadisnya. Arsya tersenyum ke arah Mahen. Sekarang ia sudah berdiri di hadapan laki-laki yang masih terpaku menatapnya.
Arsya mendekatkan wajahnya,mencium pipi kanan Mahen.
"Selamat ulang tahun Mahen Akassa." Ujar Arsya.
Pipi Mahen terasa memanas,detak jantungnya berdegup cukup cepat,"makasih Sya," ujarnya tersenyum hangat. Tak lama Mahen juga mencium kening Arsya cukup lama. Mereka berdua bisa saling merasakan hembusan nafas hangat satu sama lain. Sangat romantis!
"Lo cantik banget,pasti oma yang bikin lo cantik begini."
"Arsya cantik setiap hari kok,Mahen aja yang nggak tau."
"Happy birthday Mahen,happy birthday Mahen,happy birthday cucu Oma,happy birthday to you." Oma Wanti berjalan menuruni tangga,menghampiri cucu kesayangannya dengan membawa sebuah roti tart dengan lilin yang menyala.
"Make a wish dulu," ujar Arsya.
"Iya." Balas Mahen dengan kedua mata berkaca-kaca,merasa sangat senang. Perlahan ia menutup matanya didepan lilin berbentuk angka 18.
Mahen meniup lilin tersebut. Kini api lilin itu mati. Oma Wanti menyerahkan roti itu ke Arsya,tak lama ia menghamburkan pelukannya untuk Mahen.
"Selamat ulang tahun sayang,kamu satu-satunya cucu oma. Selalu bahagia ya," ujar Oma diiringi dengan isakan. Air matanya tak bisa di bendung.
"Makasih Oma, karena oma selalu ada buat Mahen. Mahen juga sayang oma." Mahen mengecup kening omanya cukup lama.
"Mahen," tiba-tiba terdengar suara yang memanggil nama Mahen dari arah pintu. Suara itu terdengar sangat lembut,dan asing bagi telinga Mahen. Mahen melepas pelukan untuk omanya,menoleh ke arah pintu diikuti dengan Arsya dan Oma.
Oma Wanti terlihat sangat shock. Diikuti dengan Arsya,ia bahkan tak menduga wanita paruh baya yang ia lihat di salah satu stasiun TV tadi siang bersama Oma kini datang untuk menemui Mahen.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...