Seorang dokter keluar dari ruangan operasi,membuat seorang laki-laki yang tertunduk dari tadi sontak mendongak dan berjalan menghampiri.
"Gimana dok?" tanya Mahen.
"Operasi pasien berjalan lancar. Namun pasien belum sadar,mohon di tunggu ya mungkin 1-2 jam lagi." Jelas dokter berbaju hijau tua khas baju untuk ruangan operasi.
Mahen mengangguk,merasa sedikit lega."Terima kasih dok," ujar Mahen.
"Sama-sama kalau begitu saya tinggal dulu."
"Baik dok."
Mahen kembali duduk di kursi panjang rumah sakit. Ia merogoh saku celananya,mengambil ponsel hitam miliknya. Saat ia menyalakan ponsel tersebut ternyata sudah banyak panggilan yang masuk dari Arsya,wajar saja ponsel Mahen di silent tadi jadi ia tidak mendengar nada dering panggilan.
Mahen segera menghubungi gadisnya.
Di seberang sana,seorang gadis terlihat menangis di atas ranjangnya. Ia meremas kuat selimutnya,cairan bening yang keluar dari matanya juga terlihat mengalir deras,sepertinya ia sangat kecewa karena Mahen tidak mengangkat panggilan nya tadi.
Drtt...
Ponsel Arsya berbunyi,namun gadis itu hanya membiarkannya saja. Tak ingin menerima panggilan tersebut,ia sudah menduga pasti panggilan dari Mahen."Sya angkat," ujar Mahen cemas.
"Lo marah?" lanjutnya menebak.
Ia masih terus berusaha menelepon gadis itu.
Karena merasa jenggah dengan suara Nada dering,Arsya pun memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Mahen.
"Akhirnya lo angkat."
"Sya lo marah?"
"Arsya Qeanna?"
"Lo lagi apa? Gue ganggu ya?"
"Sya jawab dong."
"Lo marah ya? Kenapa diam aja."
"Kenapa telepon Arsya?"
"Karena lo telepon gue tadi,tapi nggak gue angkat. Maafin gue ya tadi HP gue silent."
"Arsya cuma mau tanya satu hal sama Mahen."
"Apa? Tanya aja asalkan lo nggak marah."
"Arsya nggak marah,cuma Arsya pengin tau siapa yang lebih penting buat Mahen? Tsana atau Arsya?"
"Sya? Kenapa ngomong gitu?"
Tutttt...
Panggilan terputus.Mahen membuang nafas kasar. Kini ia menyandarkan kepalanya ke tembok,kepalanya terasa sangat berat. Mungkin karena faktor telat makan di tambah pikirannya tentang Arsya.
🍁🍁🍁
"Mas,itu pacarnya sudah sadar." Ujar seorang suster membangunkan laki-laki yang terlelap di atas kursi panjang depan ruangan operasi.
"Iya sus ada apa?" tanya Mahen dalam fase pengumpulan nyawa.
"Pacar mas sudah sadar,mas boleh masuk ke dalam. Tapi jangan lupa ganti pakaian terlebih dahulu." Kelas suster.
Mahen mengangguk kecil,sesekali menguap. "Makasih sus," balas Mahen.
Tak lama Mahen berjalan ke ruang ganti. Memakai pakaian operasi dan segera menemui Tsana.
Mahen membuka pintu ruang operasi itu dengan hati-hati. Ia dapat melihat gadis yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit itu. Namun di sela-sela muka pucatnya,Tsana masih bisa tersenyum kecil menyambut kedatangan Mahen.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [ COMPLETED ]
Teen Fiction🍁-FOLLOW SEBELUM MEMBACA-🍁 "Rasa trauma penyebab sikap dinginku hadir. Aku tak ingin bercerita,biar waktu saja yang menjawab semua." -Mahen Akassa- "Yang Arsya ingin cuma satu. Bukan cinta dari Mahen,tapi kehangatan." -Arsya Qeanna- Arsya sangat p...